Lawang Sewu (bahasa Jawa Pintu Seribu) merupakan bangunan kuno yang dibangun era pemerintahan kolonial Belanda di tahun 1904. Ikon Kota Semarang tersebut, sampai sekarang masih kokoh berdiri. Banyak kejadian bersejarah sekaligus berdarah yang menyelimuti gedung tua tersebut, berikut catatannya.
Berulangkali ke Kota Semarang, namun, keinginan menulis tentang Lawang Sewu tak juga terealisasi. Hingga akhirnya, usai mengantar anak gadis ke Bandara “syahwat” menelusuri keberadaan bangunan berusia 115 tahun itu terkabul. Rabu (13/7) sore, saat suhu udara panas menyengat, saya sempatkan bertandang di areal Tugu Muda tersebut. Untuk masuk lokasi, wajib membayar Rp 10 ribu / orang dewasa dan anak- anak Rp 5 ribu.
Menempati areal yang sangat strategis, yakni di antara Jalan Pandanaran dan Pemuda, menghadap langsung kea rah Tugu Muda, tak pelak, Lawang Sewu menjadi bangunan termegah kala itu. Gedung berlantai tiga bergaya art deco, mulai dibangun tanggal 27 Febuari 1904. Hampir makan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya, hingga tahun 1907 secara resmi karya pemerintahan kolonial yang mempunyai banyak pintu serta jendela berhasil dituntaskan.
Bangunan utama Lawang Sewu merupakan gedung berlantai tiga yang mempunyai dua sayap membentang ke kanan dan ke kiri, saat memasuki ruangan utama, maka akan terlihat sebuah karya yang eksotis. Diyakini, tak serupiah pun mega proyek itu ada yang dikorupsi. Sehingga, kendati berusia ratusan tahun, namun tetap kokoh berdiri. Berbeda dengan bangunan sekarang yang sarat korupsi, kadang belum genap 10 tahun telah ambrol.
Sebenarnya Lawang Sewu sempat mangkrak bertahun- tahun, baru di era pemerintahan SBY, bangunan yang termasuk cagar budaya itu mendapat sentuhan. Pemugaran secara total tanpa mengubah bentuk aslinya dilakukan, hingga akhirnya, tanggal 5 Juli 2011 diresmikan sebagai destinasi wisata sejarah. Semenjak saat itu, pengelolaannya ditangani PT Kereta Api Indonesia (KAI). Saban hari, dibuka sejak pk 07.00- 21.00.
Saban hari, banyak wisatawan yang bertandang ke Lawang Sewu. Mereka berdatangan dari Semarang sendiri mau pun kota- kota lain. Di mana, selain mengabadikan cantiknya bangunan tua tersebut, tak sedikit para pasangan muda yang akan melangsungkan pernikahan sengaja mengambil foto- foto pra weeding di sini. Di gedung yang sama, juga bisa dipelajari sejarah tentang perkeretaapian Indonesia.