[caption caption="Rumdin Danrem 073/Makutarama yang pernah ditinggali Soeharto (foto:dok pribadi)"][/caption]Kota kecil Salatiga, sepertinya terlalu banyak menyimpan cerita di masa lalu. Salah satunya perihal Letkol Inf Soeharto yang akhirnya menjadi jenderal besar TNI dan memimpin republik ini selama hampir 32 tahun. Dari rumah dinas bergaya Eropa ini, kariernya mulai melesat. Berikut sedikit catatannya yang belum pernah terpublikasi.
Rumah besar yang terletak di Jalan Diponegoro Nomor 97 Kota Salatiga, saat ini menjadi rumah dinas Komandan Korem 073/ Makutarama yang membawahi eks Karesidenan Semarang dan Pati. Bila sekarang orang nomor satu di Korem berpangkat Kolonel TNI, pada zaman awal terbentuknya hanya dijabat perwira menengah dengan pangkat Letkol. Soeharto menduduki jabatannya di Salatiga sekitar 2 tahun, usianya masih terhitung sangat muda, yakni 32 tahun.
Semasa bertugas di Salatiga, anak keduanya yakni Sigit Harjojudanto lahir. Perihal kelahiran Sigit sendiri simpang siur, ada yang mengatakan ia lahir sebelum Soeharto dimutasi ke Salatiga, namun beberapa pihak menyebut Sigit dilahirkan ketika Presiden ke 2 itu menjadi Komandan Brigade Pragola I yang merupakan cikal bakal Korem 073/ Makutarama. Kebetulan saja, Sigit memang lahir di tahun 1951, di mana tahun tersebut Soeharto mulai menjabat di Korem 073/ Makutarama.
Sampai tanggal 1 Maret 1953 Soeharto memegang kendali Korem 073/Makutarama Salatiga, selanjutnya ia dimutasi menjadi Komandan Resimen 15 di Surakarta. Menjelang kepindahannya ke Surakarta, ibu Tien sebenarnya tengah mengandung anak ketiga. Tanggal 23 Juli 1953, lahirlah Bambang Tri Hatmojo. Selepas bertugas di Surakarta, karier militer Sorharto semakin moncer, dirinya diangkat sebagai Panglima TT-IV/Diponegoro di Semarang. Â Saat itulah Siti Hediati Haryadi (Titik) dilahirkan, tepatnya tanggal 14 April 1959.
Pada saat memegang jabatan Panglima TT-IV/Diponegoro, sebenarnya Soeharto kesandung masalah sehingga ia diberhentikan dari jabatannya. Kendati begitu, sebagai prajurit yang pernah mengalami pendidikan militer Belanda dan Jepang, dirinya adalah sosok yang liat. Terbukti, kariernya terus melesat hingga pada posisi Panglima Kostrad. Belakangan jabatan militernya itu mengantarkan Soeharto ke puncak kekuasaan usai meletusnya peristiwa G30S PKI.
Rumah Awal Abad 20
Perjalan karier Soeharto berikut kejatuhannya sudah teramat banyak dikupas, karena di awal tulisan ini sudah disinggung tentang keberadaan rumah dinas Danrem 073/Makutarama, maka akan lebih bijak kembali fokus pada rumah yang konon dibangun di awal abad 20 tersebut. Bangunan yang masuk katagori benda cagar budaya ini, di zaman kolonial Belanda disebut dengan nama Villa Wilantiana.Terdiri atas dua lantai, sampai sekarang belum mengalami perubahan apa pun.
Rumah yang terkesan kokoh ini lantainya terbuat dari marmer khas zaman Belanda, pintunya setinggi 3 meter dan jendela besar sehingga angin dengan gampang menerobos masuk. Bila kita berada di teras belakang, maka pemandangan yang tampak adalah Gunung Merbabu. Sementara halaman depan, samping mau pun belakang terlihat luas hingga leluasa untuk bermain. Siapa pun arsiteknya, saya meyakini dia merupakan sosok yang memiliki cita rasa teramat tinggi di bidang artitektur.
[caption caption="Ranjang Kayu dan kasur yang dulu digunakan tidur Soeharto (foto: dok pribadi)"]
Di kamar yang konon banyak tersimpan berbagai barang bersejarah itu, sepintas terlihat ada rak yang menggantung di dinding, lukisan diri Soeharto saat muda yang dilukis oleh seniman bernama Hasta Brata, ranjang kayu jati lengkap dengan kasurnya serta benda-benda lainnya. Perihal ranjang dan lukisan tersebut, setahu saya belum pernah dipublikasi oleh media apa pun. Beruntunglah Kompasiana yang bisa menyajikan sesuatu yang langka.
[caption caption="Lukisan Soeharto saat muda (foto: dok pribadi)"]