Status Robianto (30) biasa disapa Robi warga Desa bayalangu Lor RT 12 RW 03, Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang hanya seorang buruh bangunan, rupanya tak menghalangi niat untuk mendirikan Rumah Baca (Ruba) gratis. Kendati sempat pontang panting, akhirnya hari ini terwujut dua titik sarana edukasi.
Ruba yang didirikan oleh Robi, sebenarnya hanya berupa bangunan semi permanen sangat sederhana. Terletak di Desa Bayalangu Lor RT 02 RW 08 dan di Desa Bayalangu Kidul RT 03 RW 02, berukuran masing- masing 4x5 meter. Kendati terkesan seadanya dan menempati lahan milik warga, namun, manfaatnya ternyata sangat besar. “Animo anak- anak mau pun orang dewasa untuk membaca di sini sangat tinggi,” ungkap Robi ketika ditemui di lokasi, Rabu (31/8) sore.
“Untuk Ruba dua, karena tempatnya sudah ada, saya tidak mengeluarkan uang sama sekali. Salah satu warga bersedia meminjamkan ruangan di rumahnya untuk dijadikan Ruba. Saya hanya keluar uang sebesar Rp 80.000 untuk membeli buku gambar dan alat tulis. Sedangkan rak buku sementara menggunakan rak yang ada di rumah saya,” jelas Robi.
Menurut Robi, Perpustakaan Jalanan (Perpusjal) mau pun dua Ruba yang tengah dirintisnya, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari beberapa rekannya yang terus menerus memberikan suport terhadap dirinya. Contohnya, motor tua yang sudah dimodifikasi adalah milik Emik Street seorang aktivis perpustakaan, Abay Lukman dan Imam MJ yang memperkerjakannya. “Termasuk pak Nirwan Arsuka, pak Faiz, kang Ridwan Seruri, kang Sugeng Haryono, kang Fauzi Baim sampai pak Hendrason, mereka sangat membantu saya,” tuturnya tanpa mampu dibendung.
Seperti diketahui, Robi adalah salah satu aktivis Perpusjal di Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Meski ia hanya buruh bangunan dengan penghasilan bersih sehari Rp 50.000, namun, kepeduliannya terhadap kebutuhan bacaan bagi anak-anak mau pun anak putus sekolah layak diapresiasi. Memanfaatkan motor pinjaman yang telah dimodifikasi berbentuk perahu, saban hari dirinya berkeliling sekedar menjajakan buku-buku bacaan dan mainan tradisional secara gratis.
Ada satu tekad Robi, yakni ingin mematahkan survey yang pernah dilakukan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Di mana, dalam rilisnya lembaga dunia yang memayungi pendidikan tersebut menyebutkan bahwa minat baca di Indonesia amat rendah (0,001 persen). Untuk itu, ia akan memperlihatkan fakta di lapangan, bila sarananya tersedia, maka gairah membaca anak-anak ternyata sangat menggembirakan.
“Sebelumnya koleksi hanya 200 buah buku, setelah mendapat kiriman dari pak Faiz (Yogya), pak Nirwan (Jakarta), mas Eko Sanyoto (Salatiga), ibu Dewi, ibu Ririn (Cirebon) dan masyarakat setempat, sekarang jumlahnya jadi 300 eksemplar,” jelas Robi yang berkulit sawo matang ini serius.