Secara tak sengaja, saat jalan-jalan Ramadhan (JJR) menunggu waktu berbuka, kami menyasar ke Curug (air terjun) Belondo yang terletak di Dusun Krajan, Regunung, Tengaran, Kabupaten Semarang. Beruntung, kami bisa menikmati fenomena alam yang masih “perawan” itu kendati melalui jalan setapak. Berikut catatannya.
Selasa (7/6) sore, seperti biasa, saya bersama mantan kekasih memiliki agenda baru. Selain berjalan- jalan sekedar menunggu tua, juga sengaja membuang waktu untuk menunggu saat berbuka. Tujuan kali ini, hanya berkisar di wilayah Kecamatan Tengaran yang meliputi kawasan Sendang Senjoyo, lapangan pacuan kuda hingga Desa Regunung yang berjarak sekitar 15 kilo meter dari Kota Salatiga.
Usai memarkirkan sepeda motor, mulailah kami berjalan kaki menuruni jalan yang terlihat baru saja dilebarkan. Kendati di bagian kanan terdapat tangga beton setapak, namun, diyakini bila usai diguyur hujan bakal membuat orang terpeleset berulangkali. Sudut kemiringan jalan ini diperkirakan mencapai 60 an derajat, saat kaki melangkah memang tidak terasa berat.
Selepas jalanan yang menurun tajam, akhirnya diterus menyusuri jalan setapak di antara areal persawahan. Pemandangannya? Wow! Sungguh luar biasa. Apa lagi bagi orang kota yang biasa melihat gedung- gedung saban harinya, di sini mata kita dimanjakan dengan kehijauan tanaman. Apa lagi posisinya berada di tengah- tengah lembah, sungguh, menakjubkan.
Akhirnya, setelah berjalan kaki hampir 1 kilo meter, tiba juga di bawah Curug Belondo yang mengucur dari tebing setinggi sekitar 25 meter. Terlihat tiga pemuda bertelanjang dada tengah menikmati guyuran air sembari berulangkali mengambil gambar dirinya. Demikian pula dua pemuda lainnya ikut asyik berselfie.
Duduk di bebatuan, sembari menikmati gemercik air terjun dan melihat hijaunya dedaunan, sepertinya satu jam terlewat begitu saja. Benar- benar air terjun yang masih “perawan”, sentuhan tangan hanya sebatas pada pembuatan akses menuju lokasi dan jembatan bambu. Sedang yang lainnya, masih sangat- sangat alami ! Di lokasi, kami sempat berbincang dengan Sumarno (50) yang mengaku sebagai Pembina KSW, menurutnya Curug Belondo sebenarnya sudah cukup lama ditemukan. Namun, warga baru sadar bahwa hal ini bisa “dijual” baru berlangsung 6 bulanan.
KSW sendiri menurut Sumarno sengaja dibentuk untuk menyelamatkan lingkungan , khususnya di Desa Regunung. Agar keberadaan Curug Belondo tetap terjaga, maka personil KSW bertekad merawat dan melindunginya dari tangan- tangan jahil. “ Hanya untuk akses ke lokasi memang harus segera kami tuntaskan sebelum lebaran agar Curug Belondo mampu menarik wisatawan lokal pak,” jelasnya.