Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bertandang di Curug Belondo yang Masih “Perawan”

7 Juni 2016   18:07 Diperbarui: 7 Juni 2016   22:19 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan Curug Belondo (foto: dok pri)

Secara tak sengaja, saat jalan-jalan Ramadhan (JJR) menunggu waktu berbuka, kami menyasar ke Curug (air terjun) Belondo yang terletak di Dusun Krajan, Regunung, Tengaran, Kabupaten Semarang. Beruntung, kami bisa menikmati fenomena alam yang masih “perawan” itu kendati melalui jalan setapak. Berikut catatannya.

Selasa (7/6) sore, seperti biasa, saya bersama mantan kekasih memiliki agenda baru. Selain berjalan- jalan sekedar menunggu tua, juga sengaja membuang waktu untuk menunggu saat berbuka. Tujuan kali ini, hanya berkisar di wilayah Kecamatan Tengaran yang meliputi kawasan Sendang Senjoyo, lapangan pacuan kuda hingga Desa Regunung yang berjarak sekitar 15 kilo meter dari Kota Salatiga.

Akses menuju Curug Belondo (foto: dok pri)
Akses menuju Curug Belondo (foto: dok pri)
Selepas dari Sendang Senjoyo yang adem, kami melewati lapangan pacuan kuda dan terus menuju Tengaran. Hingga memasuki Desa Regunung, mendadak kami melihat adanya petunjuk tentang arah ke Curug  Belondo. Karena dirundung penasaran, akhirnya kami pun berbelok mengikuti arah yang disarankan. Hasilnya, baru memasuki jalan tanah sekitar 20 meter, terpaksa harus berhenti, pasalnya kondisi jalan menurun sangat tajam .

Usai memarkirkan sepeda motor, mulailah kami berjalan kaki menuruni jalan yang terlihat baru saja dilebarkan. Kendati di bagian kanan terdapat tangga beton setapak, namun, diyakini bila usai diguyur hujan bakal membuat orang terpeleset berulangkali. Sudut kemiringan jalan ini diperkirakan mencapai 60 an derajat, saat kaki melangkah memang tidak terasa berat.

Selepas jalanan yang menurun tajam, akhirnya diterus menyusuri jalan setapak di antara areal persawahan. Pemandangannya? Wow! Sungguh luar biasa. Apa lagi bagi orang kota yang biasa melihat gedung- gedung saban harinya, di sini mata kita dimanjakan dengan kehijauan tanaman. Apa lagi posisinya berada di tengah- tengah lembah, sungguh, menakjubkan.

Jalan di tengah persawahan (foto: dok pri)
Jalan di tengah persawahan (foto: dok pri)
Hingga jalan setapak di areal persawahan habis, untuk menuju air terjun harus menyeberangi sungai selebar 10 an meter. Tapi jangan khawatir, sebab Kelompok Sadar Wisata (KSW) Desa Regunung sudah membuat jembatan bambu selebar 1 meter. Ketika dilewati, ada sensasi tersendiri, karena jembatan ini sedikit bergoyang- goyang. Sementara beberapa remaja putri nampak tengah berselfie tanpa merasa terganggu.

Jembatan bambu yang dibangun KSW (foto: dok pri)
Jembatan bambu yang dibangun KSW (foto: dok pri)
Siap Sebelum Lebaran

Akhirnya, setelah berjalan kaki hampir 1 kilo meter, tiba juga di bawah Curug Belondo yang mengucur dari tebing setinggi sekitar 25 meter. Terlihat tiga pemuda bertelanjang dada tengah menikmati guyuran air sembari berulangkali mengambil gambar dirinya. Demikian pula dua pemuda lainnya ikut asyik berselfie.

Duduk di bebatuan, sembari menikmati gemercik air terjun dan melihat hijaunya dedaunan, sepertinya satu jam terlewat begitu saja. Benar- benar air terjun yang masih “perawan”, sentuhan tangan hanya sebatas pada pembuatan akses menuju lokasi dan jembatan bambu. Sedang yang lainnya, masih sangat- sangat alami ! Di lokasi, kami sempat berbincang dengan Sumarno (50) yang mengaku sebagai Pembina KSW, menurutnya Curug Belondo sebenarnya sudah cukup lama ditemukan. Namun, warga baru sadar bahwa hal ini bisa “dijual” baru berlangsung 6 bulanan.

Akhirnya sampai di lokasi (foto: dok pri)
Akhirnya sampai di lokasi (foto: dok pri)
Karena awalnya akses menuju Curug Belondo hanya berupa jalan setapak, para anggota KSW Desa Regunung berupaya melebarkannya. Sayang, hal tersebut terbentur pada pemilik lahan yang tentunya tak semudah itu dalam memberikan tanah miliknya meski akan bermanfaat bagi orang banyak. Melalui berbagai komunikasi, akhirnya jalan mampu diperlebar sampai 4 meter. “ Rencananya jalan yang masih berupa tanah liat akan dibeton sampai lokasi pak,” ungkap Sumarno.

KSW sendiri menurut Sumarno sengaja dibentuk untuk menyelamatkan lingkungan , khususnya di Desa Regunung. Agar keberadaan Curug Belondo tetap terjaga, maka personil KSW bertekad merawat dan melindunginya dari tangan- tangan jahil. “ Hanya untuk akses ke lokasi memang harus segera kami tuntaskan sebelum lebaran agar Curug Belondo mampu menarik wisatawan lokal pak,” jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun