Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beginilah Modus Menggasak Uang Nasabah Bank

17 Mei 2015   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:53 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431854667178343332

[caption id="attachment_418101" align="aligncenter" width="544" caption="Salah Satu Mobil Yang Jadi korban Pecah kaca (Foto: tribun)"][/caption]

Dari berbagai tindak kriminalitas yang saban hari terjadi, modus operandi (MO) pecah kaca mobil dan menggasak barang berharga di dalamnya tak pernah mengenal kata berhenti. Pencoleng spesialis pecah kaca tiap saat bergentayangan mengincar mangsanya, berikut adalah catatan sepak terjang mereka.

Belum lama ini, jajaran Sat Reskrim Polres Salatiga berhasil menggulung komplotan pecah kaca yang dipimpin Udin Marimai (40) warga Dukuh Pakis RT 01 RW 04 Kecamatan Dukuh Pakis, Kota Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ia bersama kelompoknya telah beraksi di 20 tempat kejadian perkara (TKP) yang tersebar di 11 Kota/ Kabupaten. Terakhir dirinya berhasil menggasak uang tunai sebesar Rp 250 juta milik milik Suwono (46) warga Surodadi, Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Udin yang memiliki anak buah 4 orang, saat ini tengah diperam di rumah tahanan negara Kota Salatiga. Dalam suatu kesempatan, anak buahnya yang bernama Rudy (sebut saja begitu) mau berbagi MO saat “bekerja” di lapangan. Menurut Rudy yang sudah bertahun- tahun malang melintang di dunia Street Crimes (kejahatan jalanan ) dalam melaksanakan aksinya, minimal didukung 3 orang personil.

Kendati Cuma bajingan jalanan, Rudy memiliki SOP (Standard operating procedure) selayaknya kalangan profesional lainnya. Sebelum melakukan eksekusi, ia menyiapkan 1 unit mobil (disewa dari rental)dan 1 unit motor (biasanya motor bodong). Selanjutnya komplotan berbagi tugas, dua orang mengendarai motor dan dua lainnya stand by di mobil.

Sesuai SOP, pengendara motor bertugas sebagai Joki sekaligus pemantau situasi. Sedang pemboncengnya memiliki tugas sebagai eksekutor ( di dunia Reserse disebut “pemetik”). Lantas, apa tugas personil yang stand by di mobil ? Selain bertugas sebagai pengaman, mereka juga membawa logistik berupa helm, jacket mau pun peralatan operasi lainnya.

Tentukan Sasaran

Setelah semuanya ready, komplotan mulai berpencar untuk menentukan target. Hal pertama yang dilakukan adalah identifikasi target. “ Biasanya calon target kami pilih berdasarkan dua kriteria. Yang pertama mobil keluaran terbaru, kedua memiliki plat nomor cantik,” jelasnya enteng.

Menurut Rudy, mobil keluaran terbaru, apa lagi type tertentu yang harganya di atas Rp 300 juta dan memiliki nomor cantik identik dengan barang berharga di dalamnya. Meski hal tersebut belum tentu mengandung kebenaran 100 %, namun kriteria itu nyaris mendekati kebenaran. Jadi, deteksi awal terhadap calon korban tetap dipertahankan sampai sekarang.

Saat salah satu anggota komplotannya menemukan sasaran, kelompok ini segera bergabung jadi satu. Secara bergantian, mobil dan motor menguntit mobil calon target. Bila calon target sudah diikuti sepanjang 10 km belum juga berhenti, maka rencana eksekusi dibatalkan dan kembali mencari target yang lain.

Seperti rutinitas sebelumnya, hal penentuan calon target dilakukan. Setelah target ditentukan, kembali dikuntit hingga berhenti dan meninggalkan mobilnya dalam kondisi terkunci. “ Biasanya calon target biasa berhenti untuk makan siang rumah makan, sholat atau sekedar beristirahat di SPBU,” ungkap Rudy.

Pada saat mobil ditinggalkan pemiliknya, maka “pemetik” mulai menjalankan tugasnya. Yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi isi mobil calon target. Ketika di dalam mobil terlihat tas, barang elektronik atau benda berharga lainnya, maka ia segera memberikan kode kepada Jokiuntuk stand by dengan motor siap melesat. Sementara untuk mobil yang ditumpangi komplotan lainnya, bertugas mengawasi dari jarak sekitar 20 an meter.

Dalam hitungan detik, kaca mobil dipecahkan. Caranya ? Bagian kaca mobil ditutupi dengan handuk basah, selanjutnya dipalu. Hasilnya ? Bunyi pecahan kaca tak terdengar. Hanya bunyi Dhep !! pintu dibuka, barang yang ada langsung diembat. “ Soal alarm berbunyi, bagi kami tidak masalah. Kami mengandalkan kecepatan.”

Di saat barang jarahan sudah di tangan, “pemetik” segera melompat ke motor yang mesinnya sudah menyala. Dalam sekejab, saat pemilik atau orang di sekitar TKP tersadar telah terjadi pencurian, maka komplotan Rudy dkk sudah melesat sejauh sekitar 1 kilo meter dari TKP.

Biasanya, korban akan melakukan pengejaran dengan dibantu warga di sekitar TKP. Yang menjadi pegangan dalam pengejaran pelaku didentifikasi menggunakan helm warna tertentu (misal warna hitam) dan jacket pelaku berwarna hitam (ini juga contoh). Sedang ciri- ciri sepeda motor sulit diidentifikasi, apa lagi plat motornya.

Sementara korban melakukan pengejaran, dalam hitungan menit, “pemetik” dan Joki segera menukar helm serta jacketnya yang tersedia di mobil komplotan. Tak lupa, barang hasil jarahan disimpan di mobil yang sama. Selebihnya, mereka berjalan biasa atau mencari sasaran lain. Sedang korban (biasanya dibantu polisi) masih sibuk mengubek- ubek pelaku yang menurutnya tetap mengenakan pakaian yang sama.

NASABAH BANK

Lebih jauh Rudy menjelaskan, dirinya tidak fanatik dengan sasaran acak seperti itu. Pihaknya juga kerap menyasar nasabah bank. Hampir sama dengan MO pecah kaca, dalam menggarap nasabah bank, komplotannya juga memiliki SOP.

Di mana, tahap awal persiapan tetap menggunakan property yang sama, yakni satu unit mobil berikut logistiknya dan satu unit motor. Dalam menggarap calon korban, salah satu anggota komplotannya bertugas menjadi “tukang gambar”, yaitu memantau kedalam bank seperti layaknya calon nasabah, ikut antre di ruangan tunggu.

Di saat nasabah bertransaksi dengan teller, tugas “tukang gambar” memantau transaksi (penarikan uang tunai) berjumlah besar. Hingga terdapat nasabah yang layak dijadikan calon korban, maka ia segera mengontak komplotannya diluar melalui hand phone. “ Informasi yang disampaikan biasanya sangat detail, meliputi warna pakaian korban, celana mau pun tas yang dibawanya, termasuk ada pendampingnya atau tidak.”

Hingga calon korban keluar dari pintu bank, maka “pemetik” sudah siap- siap melakukan aksinya. Usai mengidentifikasi calon korban, ia dengan Joki mulai membuntuti mobil target. Ketika mobil target berhenti di traffic light aksi pertama yang dilakukan adalah menusuk ban mobil. Biasanya menggunakan drei baja yang sudah diruncingkan ujungnya. Hanya butuh waktu 2 detik untuk menusuknya, selanjutnya pessssssssss….

Durasi ban kempes dengan waktu penusukan, biasanya berkisar 5 menit. Sambil menunggu ban kempes, Joki dan “pemetik” terus menguntit dari jarak sekitar 20 an meter. Sementara unit mobil komplotan, memantau melalui jarak 100 an meter. “ Karena tugas mobil hanya pengamanan dan bersifat sebagai unit pendukung, maka tak perlu dekat- dekat dengan target,” kata Rudy.

Sampai korban sadar bahwa ban mobilnya kempes, biasanya ia akan menghentikan laju mobilnya untuk memeriksa kondisi ban. Di saat korban menurunkan peralatan seperti dongkrak mau pun ban serep, dari jarak yang masih tetap sama, Joki berikut “pemetik” bersiap menyergap.

Selayaknya orang yang membawa barang berharga, sebelum memasang dongkrak, korban mayoritas mengunci pintu mobilnya. Meski begitu, ada juga yang lengah, lupa mengunci pintu. Inilah saat yang tepat untuk mengeksekusi. Di mana. Posisi korban tengah menaikkan dongkrak atau melepas ban serep, maka “ pemetik” langsung beraksi.

“ Kalau pintu tidak dikunci, kami bisa lebih cepat menggasak harta di dalamnya. Tapi bila pintu terkunci, eksekusi tetap dilakukan dengan cara pecah kaca,” beber Rudy.

Usai menyambar uang tunai (nominalnya biasa mencapai ratusan juta), “pemetik” dan Jokiseperti biasa langsung memacu motor meninggalkan TKP. Sementara mobil pendukung mengikuti dari belakang. Hingga tiba di lokasi yang memungkinkan, seluruh komplotan bergabung jadi satu di mobil pendukung. Lha motornya ? Ya ditinggal begitu saja, wong cuma motor bodong.

Tips Aman

Menurut Rudy, kelompok pecah kaca atau tusuk ban jumlahnya tak terhitung. Nyaris di seluruh kota besar, terdapat kelompok- kelompok serupa. Seperti dirinya, awalnya hanya melakukan tindak pidana ecek- ecek, namun setelah mendekam di lembaga pemasyarakatan, ia banyak belajar dari para seniornya. Hingga usai menjalani masa penahanan, tanpa menunggu lebih lama dia diajak bergabung untuk melakukan aksi- aksi yang hasilnya lebih memadai.

Dalam menghadapi kelompok pecah kaca, Rudy berbagi tips agar aman dari ulah tangan jahil. Ketika harus berpergian dengan menggunakan mobil, pada saat beristirahat untuk makan atau menunaikan sholat, jangan sekali- kali meninggalkan barang berharga di dalam kendaraan. Semisal ada beberapa barang yang terpaksa harus ditinggal, usahakan ada satu orang yang menjaganya.

“ Akan sangat baik bila meminta bantuan tukang parkir untuk mengawasinya, tentunya anda harus memberikan tambahan ongkos parkir,” jelasnya.

Sedangkan tips menghadapi kelompok tusuk ban, menurut Rudy, yang paling efektif ketika akan mengambil uang tunai dalam jumlah besar selalu minta pengawalan aparat kepolisian. Namun, semisal enggan dikawal petugas, usahakan jangan menarik uang dari bank sendirian. Minimal ada satu orang yang menemani, sehingga saat terjadi hal- hal yang tak diinginkan, maka yang menemani bisa mencari bantuan.

Para kelompok tusuk ban yang selalu mengincar nasabah bank, lanjut Rudy, biasanya kerap beraksi di hari Jumat atau Senin. Alasannya sederhana, karena hari Sabtu dan Minggu banyak bank yang libur, maka penarikan uang tunai dalam jumlah besar sering dilakukan hari Jumat. Sebaliknya, umpama hari Jumat tidak sempat melakukan penarikan uang, biasanya di hari Senin bakal terjadi pengambilan uang. “ Sebaiknya hari Jumat dan Senin dihindari dalam menarik uang tunai berjumlah besar,” jelasnya.

Begitu pula saat akan menyetor uang tunai ke bank, selain perlu menghindari hari Jumat dan Senin, nasabah juga harus memperhitungkan soal waktu. Jangan melakukan penyetoran pada jam yang sama setiap harinya, sebab, hal ini bakal terdeteksi oleh pelaku. Usahakan jadual penyetoran diacak waktunya, kadang diajukan, kadang boleh mundur.

Lantas bagaimana bila segala sesuatunya sudah lancar, tetapi mendadak ban kempes ?Menurut Rudy, kendati mengempisnya ban bukan selalu akibat ulah pencoleng, namun, untuk antisipasinya upayakan berhenti di dekat pos polisi yang banyak terdapat di persimpangan. Dan yang paling penting, ketika membawa uang tunai, cobalah menghindari jalan- jalan yang ada traffic lightnya. Karena mayoritas pelaku, menusuk ban saat kendaraan berhenti. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun