Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Eloknya Jalan Tol "Jokowi" Sepanjang Semarang-Solo

2 Maret 2017   17:24 Diperbarui: 4 April 2017   17:37 4864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Tuntang dari jarak 25 meter (foto: dok pri)

Tol Bawen-Salatiga sepanjang 18,2 Km, bulan Maret ini diperkirakan tuntas pengerjaannya. Ada sisi menarik atas proyek yang menghubungkan Semarang-Solo tersebut. Pasalnya, terdapat Jembatan Sungai tuntang yang panjangnya mencapai 370 meter. Sejauh mana eloknya jalan bebas jembatan yang dibangun pemerintahan Jokowi itu, berikut penelusurannya.

Jalan tol Bawen-Salatiga merupakan bagian dari tol Kota Semarang-Kota Surakarta yang panjang keseluruhan mencapai 75,67 Km. Melewati 6 kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar dan tentunya tak ketinggalan Kota Surakarta atau Solo. Bila jalan bebas hambatan ini jadi, perjalanan yang biasanya ditempuh hampir 3 jam, mampu dipangkas hingga 1 jam saja.

Jembatan Tuntang di pagi hari (foto: dok RKA)
Jembatan Tuntang di pagi hari (foto: dok RKA)
Dengan total investasi sebesar Rp 6,2 triliun, otomatis nantinya jalan tol ini akan memanjakan para pengemudi kendaraan roda empat. Bagaimana tidak, perjalanan Salatiga ke Semarang atau ke Solo yang melalui jalur reguler, biasa ditempuh paling cepat 1,5 jam. Namun, melewati tol (Bawen) hanya memakan waktu 45 menit. Semisal tol dari Salatiga sudah jadi, waktu tempuh bakal dipangkas hingga 30 menit.

Dalam pengerjaannya, Tol Semarang- Solo terbagi menjadi 5 seksi, di mana 2 seksi yakni Semarang hingga Bawen sudah terselesaikan sejak akhir tahun 2014 lalu. Kemudian disusul seksi 3, yaitu Bawen-Salatiga yang pembangunannya dimulai tanggal 9 Juli 2015. Sebenarnya jalan bebas hambatan tersebut ditarget tahun 2016 telah terselesaikan, sayang, akibat kendala cuaca, baru memasuki bulan ke 3 tahun 2017 nyaris rampung.

Inilah jembatan yang eksotis (foto: dok pri)
Inilah jembatan yang eksotis (foto: dok pri)
Sembari menunggu jalur Bawen-Salatiga tuntas, ternyata seksi IV, yakni Salatiga-Boyolali sudah dimulai juga pengerjaannya. Untuk ruas seksi IV nantinya bakal dikerjakan sepanjang 24,13 Km dan kemungkinan juga disambung seksi V Boyolali- Kartosuro. Pasalnya, tahun 2018 diharapkan tol Semarang-Solo telah tersambung sehingga mampu mengurai kepadatan lalu lintas di jalur regular.

Secara fisik, tol Bawen-Salatiga sudah terselesaikan sekitar 95 persen. Artinya bila dikebut, mungkin bulan depan telah tuntas pengerjaannya tinggal menunggu peresmian. Sebab, hanya tinggal beberapa titik pendek yang menunggu pengecoran. Demikian pula dengan pagar di sisi kanan kiri, praktis telah terpasang semua, termasuk gerbang keluar masuk tol.

Untuk menuntaskannya pekerja harus lembur (foto: dok pri)
Untuk menuntaskannya pekerja harus lembur (foto: dok pri)
Tol “Jokowi” ?
Penasaran dengan sejauh mana progress pengerjaan Tol Bawen-Salatiga, akhirnya Kamis (3/2) sore saya pun bertandang ke lokasi. Agak susah mencari celah untuk memasuki jalan tol yang katanya disebut-sebut paling indah di Indonesia tersebut. Saya berpikir praktis saja, yang namanya tol ya jalan beton. Di mana, kanan kirinya terdapat rumah-rumah penduduk atau lahan kosong dibatasi pagar tinggi.

Sempat berputar-putar mencari jalan tikus, akhirnya di kawasan Tuntang, Kabupaten Semarang berhasil menemukannya (tidak sia-sia jadi “wartawan” Kompasiana). Ternyata, saat saya sudah memasuki ruas Tol Bawen-Salatiga, terlihat banyak anak muda yang nongkrong sembari selfie. Dengan mengabaikan keberadaan mereka saya pun langsung menuju jembatan Tuntang yang panjangnya 370 meter.

Sidak ke lokasi biar cepet rampung (foto: dok pri)
Sidak ke lokasi biar cepet rampung (foto: dok pri)
Jembatan yang berada di atas sungai Tuntang ini memang lumayan mengagumkan, pasalnya, dari bawah hingga ke atas, menggunakan penopang beton (tiang pancang) setinggi sekitar 30 meteran, bahkan mungkin lebih. Sebab, ketika melongok ke bawah, seakan kita tertarik oleh gravitasi bumi sehingga menyebabkan kegamangan akut. Karena penasaran, akhirnya saya turun ke sungai untuk mengambil gambar (hanya butuh satu gambar sulitnya minta ampun).

Usai mengabadikan gambar penopang jembatan, saat kembali ke atas orang makin banyak berkerumun. Seorang pria bernama Sakimun (65) warga Karang Tengah, Tuntang, Kabupaten Semarang yang tengah momong cucunya sempat saya ajak berbincang. “Mumpung belum ditutup Pak, jalan- jalan ke sini menikmati pemandangan,” ujarnya.

Tiang pancang diambil dari sungai Tuntang (foto: dok pri)
Tiang pancang diambil dari sungai Tuntang (foto: dok pri)
Menurut Sakimun, kendati Tol Bawen- Salatiga telah memisahkan dirinya dengan puluhan tetangganya akibat terkena proyek pembebasan lahan, tetapi harus diakui manfaatnya sangat besar. Terlebih lagi, nantinya pengguna tak mengalami kejenuhan ketika melewatinya. Sebab, pemandangan yang disuguhkan berbeda dibanding jalan tol perkotaan. “Di sini penumpang mobil bisa melihat lembah, sawah, hutan dan pepohonan lainnya,” ungkapnya seakan sering melewati tol kota.

Kalau jalan tol lainnya memiliki nama, lanjut Sakimun, seperti Jagorawi, JORR, Cipularang, Padaleunyi, Cipali hingga Jembatan Suramadu, maka tol Bawen–Salatiga idealnya juga diberi nama. Karena dibangun saat pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, ia berharap nantinya dinamai Tol Jokowi. “Kan tidak ada salahnya Pak? Tol Semarang-Solo kan belum memiliki nama,” dalihnya mengutarakan pembenaran diri.

Melewati lembah nan hijau (foto: dok pri)
Melewati lembah nan hijau (foto: dok pri)
Ya terserah Pak Sakimun sajalah, dari pada makin ngelantur, saya pun berpamitan untuk menyusuri ruas Tol “Jokowi” ini. Memang apa yang disampaikan kakek tersebut bukan bualan, pemandangan di kanan kiri jalan beton itu sangat cantik. Selain perkebunan, lembah, sawah juga terlihat adanya bukit kecil yang dibelah mirip Tol Ungaran-Semarang. Ratusan rambu juga sudah terpasang, sementara di jalan turunan tengah dibangun jalur penyelamat.

Tiba di sekitar Desa Karang Tengah, penyusuran terhalang verboden, akses masuk ditutup karena para pekerja tengah melakukan finishing tikungan Petruk. Yang dimaksud tikungan Petruk adalah jalan menurun dan memiliki tiga kali kelokan tajam. Kendati telah terpasang rambu-rambu, tetapi bila diabaikan pengemudi bisa celaka di lokasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun