Santri Lomo yang bermarkas di kaki Gunung Telomoyo, tepatnya di Dusun Tanggulangin, Desa Pandean, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang selama dua tahun belakangan getol membagikan sayuran ke berbagai kota di Jawa Tengah. Terkait hal tersebut, saya berupaya menelusurinya agar bisa  mengenal lebih jauh tentang aktifitas sosial petani itu. Berikut penelusurannya  untuk Indonesia.
Nama Santri Lomo akhir- akhir ini cukup terkenal di Kota Salatiga, Surakarta, Kabupaten Semarang hingga Kota Magelang, pasalnya kendati membawa embel- embel nama santri, namun, pergerakan mereka lebih fokus kepada kepedulian sosial terhadap situasi pandemi Covid-19. Nyaris saban Jumat, mereka membagikan beragam sayuran secara langsung di berbagai lokasi.
" Santri Lomo sebenarnya merupakan komunitas yang terdiri atas 25 petani , dalam bahasa Jawa 25 disebut loro limo (dua lima) dan dibentuk tahun 2013 silam," kata Sarbini, yang dipercaya menjadi Ketua Satri Lomo sejak awal berdiri.
Awal berdirinya, lanjut Sarbini, Santri Lomo hanya bergerak di lingkungan dusun setempat, yakni menyediakan bolo pecah seperti gelas piring hingga kursi untuk warga yang menggelar hajatan. " Bagi yang punya gawe perkawinan atau sunatan, kami menyediakan peralatan dengan sistem sewa. Tapi, untuk warga yang meninggal, kami tak memungut biaya sepeser pun," jelas Sarbini.
Selama bertahun -- tahun, aktifitas sewa menyewa peralatan hajatan itu berjalan secara lancar, penambahan uang kas membuat asset Santri Lomo semakin bertambah. Contohnya pengeras suara, tenda mau pun peralatan makan lainnya. " Jadi, kalau siang hari anggota ke ladang untuk merawat sayuran, sore hari usai Sholat Maghrib baru berkomunitas," tutur Sarbini.
Memang, dari 25 anggota Santri Lomo, semuanya merupakan petani sayuran. Di mana, dengan ketinggian 1250 mdpl, kampung mereka sangat cocok ditanami beragam sayuran. Hal tersebut sudah dikerjakan sejak nenek moyang mereka masih hidup, sehingga, profesi sebagai petani , adalah salah satu  warisan leluhurnya.
Kenyamanan hidup di Dusun Tanggulangin memang sangat terasa, di mana, selain mayoritas warganya yang berjumlah 225 KK merupakan petani, situasi kamtibmas sendiri sangat kondusif. Seperti galibnya masyarakat pedesaan, gotong royong jadi andalan warga setempat. Tak heran, di sini berdiri megah sebuah Masjid yang dilengkapi berbagai fasilitas.