Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nestapa dan Derita Jovinka

9 Januari 2021   13:16 Diperbarui: 9 Januari 2021   13:42 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat neneknya berjualan, Jovinka ditungguin kakeknya (foto: dok pri)

Sayang, dokter yang memeriksa melalui USG (Ultrasonography) mengatakan tak masalah dengan kandungannya. Hingga akhirnya, kandungan memasuki umur 8 bulan seminggu,  Ardianti memeriksakan ke dokter kandungan lainnya. Hasilnya ?  Dokter menyebut terdapat kelainan pada bagian kepala dan proses kelahiran harus melalui operasi.

Tepat usia kandungan 8 bulan 2 minggu,  Ardianti menjalani operasi untuk melahirkan Jovinka. Paska kelahiran, dokter memberikan vonis bahwa bayi menderita jantung bocor,mikrocefali dan down syndrome. Di mana, pertama kali menghirup udara, Jovinka hanya terdiam tak mengeluarkan tangisan. Bak disambar petir di siang bolong, sang ibu tak percaya dengan kabar yang diterimanya. Namun, faktanya memang begitu adanya.

Saat neneknya berjualan, Jovinka ditungguin kakeknya (foto: dok pri)
Saat neneknya berjualan, Jovinka ditungguin kakeknya (foto: dok pri)
Paska kelahiran itu, Jovinka harus menjalani opname penuh di Rumah Sakit selama 2 bulan. Hal ini untuk menyelamatkan nyawa bayi cantik tersebut, karena sesudah mencapai usia 2 bulan telah dijinkan dibawa pulang, akhirnya Jovinka dirawat di rumah. " Kami tidak tahu harus diobatkan kemana lagi, jadi yang tetap kami rawat saja di rumah," tutur Arum.

Dalam perkembangannya, di usia jalan 6 tahun, Jovinka tak hanya mengalami jantung bocor,mikrocefali dan down syndrome saja, namun, ia juga penyandang gizi buruk. Maklum, kebutuhan gizinya memang sulit terpenuhi mengingat tinggalnya di pelosok pedesaan.  Ya Allah , kenapa anak sekecil itu harus diberi beban yang teramat sangat berat..

Warung nasi goreng nenek Jovinka yang relatif sepi (foto: dok pri)
Warung nasi goreng nenek Jovinka yang relatif sepi (foto: dok pri)
Selepas menyambangi Jovinka, Bamset berulangkali mengunjungi anak malang itu. Tiap ada kesempatan, ia selalu bertandang. Kebetulan, Jovinka telah menjadi anak asuh Relintas, sehingga saban bulan berhak mendapatkan subsidi susu dan pampers. Tentunya, subsidi tersebut sangat jauh dari mencukupi, sebab, kebutuhan susu bubuk, pampers serta bubur instant saban hari dibutuhkan Jovinka, subsidi hanya cukup seminggu.

Itulah sedikit catatan tentang Jovinka yang sarat nestapa dan derita, mungkin pengobatan medis yang memadai bisa mengobatinya. Yang jadi masalah, biaya pendukung tak memungkinkan. Sebab, kendati menjadi penyandang disabilitas, Jovinka juga tidak mendapatkan bantuan  Program Keluarga Harapan (PKH). Sedangkan ibunya hanyalah buruh pabrik bergaji UMR. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun