Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memanusiakan Duafa Lumpuh, Buta, Tuli, dan Gangguan Jiwa

28 Juli 2019   17:07 Diperbarui: 28 Juli 2019   17:08 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah mbah Mikuyem yang dindingnya lapuk semua (foto: dok pri)

Minggu (28/7) pagi hingga jelang sore, sedikitnya  20 personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, melakukan aksi bedah rumah milik Mukiyem (80) janda duafa warga Dusun Sawit RT 10 RW 2, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Seperti apa kegiatan untuk memanusiakan duafa tersebut ? Berikut laporannya untuk anda.

Seperti diketahui, Mukiyem yang biasa dipanggil mbah Mukiyem, merupakan seorang janda uzur yang tinggal sendirian di rumah sangat minimalis (tanpa dapur, kamar mau pun MCK). Kondisinya sangat menyedihkan, sebab, selain lumpuh, buta, tuli juga mengalami gangguan jiwa.Kesehariannya, ia dirawat oleh pasangan suami istri Teguh Agus (40) serta Dewi (35).

Sebelum rumahnya dibedah, relawan dibawah komando Bambang Setyawan alias Bamset sudah berulangkali mengunjunginya. Di mana, dalam kunjungannya pekan lalu, mbah Mukiyem mengamuk sejadi- jadinya. Usai dimandikan dan dipotong rambutnya, nenek uzur itu meludahi serta memaki- maki relawan yang merawatnya.

Bamset memberikan brifieng terlebih dulu pada relawan (foto: dok pri)
Bamset memberikan brifieng terlebih dulu pada relawan (foto: dok pri)

Karena kondisi rumah yang ditempati mbah Mukiyem sangat tak layak huni, di mana, dinding papan mau pun anyaman bambu sudah keropos semua, akhirnya pihak Relintas memutuskan membedahnya. Terkait hal tersebut, Teguh mendukung penuh kegiatan ini. Sesuai rencana, dinding bagian depan bakal dilepas, diganti kalsiboard.

Berdasarkan keterangan Teguh, lahan  rumah yang ditempati mbah Mukiyem memang posisinya berada di atas lereng. Tepatnya di bagian samping dan belakang, akibatnya, nenek tua itu sering jatuh terguling kebawah.  " Ya kondisinya babak belur, wong namanya saja koprol di tanah yang sudut kemiringannya mencapai 70 derajat," kata Teguh.

Kendati kerap dinasehati agar tidak keluyuran, mengingat kedua matanya sudah tak mampu melihat, namun mbah Mukiyem bandel. Maklum, selain tuli, ia juga alami gangguan jiwa. " Jadi kalau kita cari ga ada di rumahnya, alamat sudah berada di bawah," jelas Teguh.

Terkait hal itulah, Relintas mengambil langkah- langkah antisipasi. Untuk paket sembako, saban dua minggu sekali selalu dikirim. Sedangkan rumahnya, agar mbah Mukiyem betah, bakal dibedah. " Kami hanya ingin memanusiakan duafa berkebutuhan khusus. Masa lalunya kami tak mempersoalkan, yang penting sekarang ini," kata Bamset.

Mbah Mukiyem harus dievakuasi dulu karena ngamuk (foto: dok pri)
Mbah Mukiyem harus dievakuasi dulu karena ngamuk (foto: dok pri)

Ngamuk Lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun