Setelah berpuluh tahun hanya berkutat di rumah orang tuanya, Senin (1/4) sore, Samsudin (39) warga Desa Gunung Tumpeng RT 1 RW 1, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang yang sejak lahir alami kelumpuhan dan bisu, akhirnya mendapatkan kursi roda idamannya. Seperti apa kehidupan lelaki malang tersebut, berikut liputannya.
Bagi Samsudin, kursi roda memang merupakan barang mewah. Putra sulung pasangan Min Hadi (70) Â dan Siti Khotijah (60) ini , hidup dalam kondisi pas- pasan. Bapaknya yang mulai uzur, hanya mencari nafkah sebagai petani yang hasilnya tak menentu. " Dulu jamannya pak Harto (orde baru) pernah dapat bantuan kursi roda, tapi sudah lama rusak," kata Siti Khotijah.
Karena penghasilannya sebagai petani penggarap hanya cukup untuk makan keseharian, maka, Samsudin yang sejak lahir mengalami kelainan pada dua kakinya, sengaja tidak disekolahkan. Celakanya, dalam perkembangannya, Samsudin juga kesulitan berkomunikasi. Kendati telinganya mampu mendengar, namun, mulutnya sulit berbicara.
![Seperti ini kondisi Samsudin pertama kali ditemui Bamset (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/01/2d-jpg-5ca1f1799715940cf1143114.jpg?t=o&v=770)
Tak hanya saat meminta sesuatu, Samsudin juga tidak suka dengan kehadiran orang asing di rumahnya. Tiap kedatangan orang yang belum dikenalnya, ia selalu mengusirnya. Diduga keras, pertumbuhan otaknya mengalami kelainan, sehingga cara berfikirnya masih seperti anak- anak usia di bawah sepuluh tahun.
Keberadaan Samsudin terendus oleh Bambang Setyawan, dedengkot Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, Minggu (31/3) sore. Di mana, lelaki yang biasa disapa Bamset itu, mendapatkan informasi dari warga yang menyebutkan nestapa perjaka tua tersebut. Sembari menenteng sembako, akhirnya Bamset melakukan pengecekan ke lokasi.
![Siti Khotijah seperti merawat bayi selama 39 tahun (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/01/3d-5ca1f1fe95760e4ec9052592.jpg?t=o&v=770)
Ketika Bamset tiba di rumah Min Hadi, kebetulan situasi tengah sepi. Anehnya, Samsudin yang garang terhadap orang asing, ternyata begitu melihat kehadiran Bamset malah tertawa seakan mempersilahkan tamunya untuk masuk. Sembari mulutnya meneteskan air liur, ia terus menerus tertawa.
Hingga Siti Khotijah datang, sang ibu juga sedikit heran dengan perubahan perilaku anak sulungnya itu. Sebab, sepanjang pengetahuannya, Samsudin selalu tidak suka terhadap orang asing. " Ini agak aneh, dia malah tertawa. Padahal, biasanya tak begitu," ujar Siti serius.
Menurut Siti, kendati kondisi putranya termasuk katagori memperihatinkan, namun pihak- pihak terkait seperti abai. Belum pernah rumahnya dikunjungi orang yang merasa bersimpati mau pun berempati terhadap Samsudin. Satu- satunya bantuan yang diterimanya dari pemerintah, hanya sebatas Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp 500.000 tiap tiga bulan.
![Sedih melihat kondisi Samsudin seperti ini (foto: dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/01/4d-jpg-5ca1f2533ba7f7551276ed02.jpg?t=o&v=770)
Bila apa yang diungkapkan Siti benar adanya, rasanya memang tak adil untuk Samsudin. Lelaki yang lumpuh dan bisu ini, harusnya mendapat bantuan minimal sebuah kursi roda, agar dirinya mampu berinteraksi dengan tetangga. Setidaknya, ia bisa menghabiskan hidupnya di luar rumah, bukan sebatas berkutat di ruangan terbatas.