Keberadaan etalase nasi gratis bagi para duafa yang dipelopori pasangan suami istri , Paulus When dan Lany, warga Jalan Sukowati nomor 2 A Kota Salatiga, ternyata terus menular. Virus berbagi tersebut, belakangan telah menjadi sedikitnya lima titik di kota kecil ini, berikut adalah penelusurannya, Kamis (20/12) siang.
Paulus When dan istrinya yang biasa disapa cik Lany, pertengahan bulan November lalu memulai berbagi dengan menempatkan etalase di depan tokonya yang menjajakan beragam snack khas Kota Salatiga. Penempatan etalase untuk menaruh nasi bungkus, makanan serta minuman di depan tokonya, pertimbangannya sederhana, yakni agar tak disentuh tangan- tangan jahil.
Dengan mengusung jargon, siapa pun boleh ambil dan siapa pun boleh mengisi, awalnya cik Lany menjadi orang pertama yang mengisi nasi bungkus, makanan ringan serta air mineral. Seiring berjalannya waktu, banyak donatur yang berlomba menyerahkan nasi bungkus di etalase yang sama. " Kami buka mulai pk 06.00 sampai pk 22.00," ungkap cik Lany waktu itu.
Sayangnya, untuk etalase di depan super market Ada Baru, depan toko New Gloria lebih banyak duafanya dibandingkan jumlah donasinya. Setiap usai diisi 10 bungkus, belum ada 15 menit sudah ludes. Menurut tukang parkir setempat, di lokasi ini, orang- orang yang memposisikan diri sebagai duafa berjumlah lumayan. " Jadi, tak usah kaget kalau ada yang berpakaian rapi, namun tega memakan rangsum duafa," jelasnya.
Relawan Lintas Komunitas
Di lokasi yang agak jauh, yakni di depan Masjid Pendowo, kisah serupa juga terjadi. Saat pagi diisi nasi bungkus dan air mineral, biasanya dalam waktu 1 jam juga sudah dimanfaatkan untuk sarapan. Tak begitu jelas, apakah mereka yang menikmati sarapan pagi merupakan duafa atau tidak. Yang pasti, yang terlihat lebih sering air mineralnya disbanding nasi bungkusnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, hari ini Relawan Lintas Komunitas (Relintas) juga menempatkan etalase nasi bungkus gratis di teras Masjid Al Atiq yang terletak di jalan Wahid Hasyim Kota Salatiga. Pemilihan lokasi tersebut, menurut Bambang Setyawan selaku penanggung jawab komunitas sosial itu, lebih diprioritaskan pada faktor keamanan. " Etalase itu donasi dari relawan, harganya juga tak murah, jadi kami harus memikirkan faktor keamanannya," jelas Bambang Setyawan yang biasa dipanggil Bamset.
" Setelah kami berkoordinasi dengan bapak satibi selaku takmir Masjid Al Atiq, akhirnya hari ini kami eksekusi. Tahab pertama, Relintas yang mengisinya, selanjutnya kami persilahkan masyarakat berdonasi," ungkap Bamset.
Diakuinya, program berbagi nasi gratis saban hari, sebenarnya sudah sejak lama diagendakan oleh Relintas. Sayangnya, agenda tersebut selalu tertunda karena padatnya kegiatan bedah rumah mau pun berbagi sembako bagi duafa di Kota Salatiga mau pun Kabupaten Semarang. " Setelah memasuki musim hujan dan agenda bedah rumah sementara berhenti, maka program ini kami realisasikan," jelas Bamset.