Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ana Krisna, Gadis Salatiga yang Malang

30 November 2018   14:52 Diperbarui: 1 Desember 2018   09:11 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakak sepupu Ana tengah berbincang dengan Bamset (foto: dok pri)

Di usianya yang ke 27 tahun, Ana Krisna warga Jalan Pantirejo RT 3 RW I, Gendongan, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga mengalami kemalangan yang berkepanjangan.  Selain lumpuh, tuna wicara, gangguan syaraf juga kehilangan dua orang tuanya. Untuk mengetahui nestapanya, Jumat (30/11) sore, saya merunutnya.

Keberadaan Ana, putri tunggal pasangan Mus (52) dan almarhumah Sri Puji Astuti (50) awalnya terdeteksi oleh relawan Lentera Kasih Untuk Sesama (Lensa) Kota Salatiga. 

Karena informasinya kurang begitu mendetail, akhirnya saya merunutnya agar mendapatkan keterangan yang jelas.Tidak sulit menemukan rumah yang ditempati Ana, dari Jalan Veteran hanya masuk gang kecil sekitar 50 an meteran.

Begitu tiba di depan rumah, seorang ibu muda bernama Siti Munawarah (35) menyambut saya. Ia adalah kakak sepupu Ana yang saban hari bertugas mengawasi serta merawat gadis malang tersebut. Setelah mengutarakan keinginan menengok Ana, dirinya segera membukakan pintu rumah dan mengantar ke kamar yang ditempati Ana.

Di kamar yang lantainya dilapisi karpet plastik, terlihat Ana tengah bermain sendirian. Begitu melihat ada tamu, ia tergopoh menemui dan menyapa dengan bahasa isyarat. Dirinya berpindah tempat menggunakan cara ngesot, duh siapa pun pasti akan merasa iba menyaksikannya. Kepala serta dua tangannya tak henti bergerak, sepertinya terdapat gangguan syaraf.

"Dia tuna wicara, tapi tidak tuli. Ketika dipanggil, ia langsung bereaksi. Hanya yang jadi masalah tak mampu berkomunikasi. Maklum, dulunya almarhumah ibunya sibuk bekerja di pabrik sehingga tidak mampu menyekolahkannya," tutur Siti seraya memanggil Ana.

Agak sulit mengambil gambar Ana, pasalnya dua tangan dan kepalanya terus menerus bergerak sehingga berakibat gambarnya ngeblur. 

Secara fisik, pertumbuhan Ana relatif lambat, tubuhnya kurus, kulitnya coklat namun ramah terhadap siapa pun. Mulutnya selalu berupaya tersenyum kendati mengeluarkan air liur.

"Ana ditinggalkan bapaknya sejak umur 8 bulanan, begitu mengetahui ada kelainan pada diri anaknya. Mus langsung pergi tanpa pamit, sampai sekarang tidak diketahui juntrungnya," jelas Siti.

Siti sendiri pernah mencari keberadaan Mus di desa asalnya di kawasan Gubug, Kabupaten Grobogan, namun, tidak membuahkan hasil.

Pasalnya, orang tua Mus sendiri telah meninggal dunia sehingga tak secuil pun keterangan tentang keberadaan ayah kandung Ana didapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun