Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Kepedulian Sosial Sejak Dini

23 November 2018   15:10 Diperbarui: 23 November 2018   16:00 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Al relawan cilik saat beraksi di bedah rumah mbah Yem (foto: dok pri)

Dalam setiap kegiatan yang digelar Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, selalu terselip anak- anak yang berbaur di dalamnya. Kendati sepintas mereka hanya ikut bermain, namun, sebenarnya ini merupakan bagian pendidikan dini terhadap kepedulian sosial. Seperti apa kiprah mereka, berikut catatannya.

Para relawan yang tergabung dalam Relintas, terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berlatar sosial berbeda. Tak sedikit para ibu- ibu muda yang masih memiliki anak- anak usia TK mau pun SD yang ikut bergabung. Konsekuensinya, setiap kegiatan seperti bedah rumah atau berbagi sembako bagi duafa, anak- anak tersebut harus ikut serta.

Aqila dan Bima berbagi sembako di Boyolali (foto: dok pri)
Aqila dan Bima berbagi sembako di Boyolali (foto: dok pri)
Bambang Setyawan alias Bamset selaku penanggungjawab Relintas sendiri mengakui, pihaknya tidak mengharamkan keberadaan puluhan anak- anak dalam setiap kegiatan sosial di komunitasnya. " Prinsipnya, peran relawan sebagai seorang bapak mau pun ibu tetap bisa berjalan di tengah aksi sosial," ungkapnya.

Kelonggaran yang diberikan kepada para relawan, lanjut Bamset, bertujuan agar edukasi mengenai pentingnya kepedulian sosial bisa dilakukan sejak dini. Sehingga, nantinya saat anak- anak itu sudah dewasa, akan memiliki empati dan simpati terhadap duafa- duafa yang membutuhkan uluran tangannya.

" Yang pasti, ekspektasi kami, kelak anak- anak itu mampu tumbuh menjadi sosok yang tidak egois, peka terhadap lingkungannya dan tentunya sigap dalam membantu pihak- pihak yang membutuhkannya," jelas Bamset.

Anak- anak saat mengikuti bedah rumah dengan orang tuanya (foto: dok pri)
Anak- anak saat mengikuti bedah rumah dengan orang tuanya (foto: dok pri)
Berdasarkan catatan Relintas sendiri, anak- anak yang selalu ikut terlibat berbagai aksi sosial terdiri atas Al (4), Bima (8), Saka (7), Cantika (5), Zaki (8) , Aqila(8) dan puluhan anak lainnya. Mereka mengaku berbahagia bisa mengikuti ayah ibunya ketika berbagi ke berbagai pelosok pedesaan di Kabupaten Semarang mau pun Kabupaten Boyolali. Tak jarang, mereka harus menempuh perjalanan hampir 40 kilometer pulang pergi, namun tidak mengeluh.

Al yang merupakan anak Susilowati, warga Jalan Imam Bonjol Kota Salatiga, sejak usia 2 tahun sudah mulai dikenalkan dengan dunia sosial. Maklum, ia lahir tanpa sempat mengenal ayahnya yang meninggal lebih dulu. " Karena di rumah tak ada yang mengasuh, otomatis setiap kegiatan sosial, dia harus ikut serta," kata Susilowati.

Al dengan Bamset usai penyerahan bantuan korban kebakaran (foto: dok pri)
Al dengan Bamset usai penyerahan bantuan korban kebakaran (foto: dok pri)
Masak Kalah dengan Anak- Anak

Keberadaan Al di tengah para relawan dewasa, kadang membuat malu orang- orang yang mampu berbuat untuk duafa, namun enggan melakukannya. Dengan berbagai dalih, awalnya mereka menolak bergabung di relintas, tapi setelah melihat seorang anak kecil yang memegang sapu, ikut bersih- bersih, akhirnya hati mereka tergerak. " Ketika aktifitas Al saya unggah di media sosial, akhirnya ada beberapa teman yang ikut bergabung," ungkap Susilowati.

Cantika di tengah makan siang para relawan (foto: dok pri)
Cantika di tengah makan siang para relawan (foto: dok pri)
Demikian pula dengan Cantika, bocah peranakan Papua yang berambut keriting ini, biasa disapa Kriwil. Sang ibu, bernama Nana, aktif di berbagai komunitas sosial termasuk di Relintas. Nyaris di setiap kegiatan bedah rumah, Cantika ikut serta, berbaur bersama relawan dewasa. Begitu pun ketika jeda, ia pun ikut makan siang bareng para relawan.

Menurut Nana, kendati dirinya aktif dalam berbagai kegiatan sosial, namun ia enggan meninggalkan kodratnya sebagai seorang ibu. Untuk itu, agar selalu dekat dengan putri bungsunya, maka Cantika selalu diajaknya. " Kebetulan di Relintas hal ini tidak pernah dipersoalkan, jadinya Cantika juga happy- happy saja," jelas Nana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun