Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah dan Kursi Roda untuk Nenek Lumpuh

9 Oktober 2018   19:13 Diperbarui: 9 Oktober 2018   19:46 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Yem bersama relawan Lintas Komunitas (foto: dok pri)

Setelah bekerja keras selama dua hari, akhirnya, bedah rumah milik nenek Ngatiyem (85) duafa warga Banyu Putih Timur Gang Durian RT 3 RW 1, Sidorejo Lor, Kota Salatiga, tuntas sudah. Sekarang, perempuan duafa lumpuh tersebut mampu menikmati ruangan hangat hingga akhir hayatnya.

Nenek Ngatiyem, biasa disapa dengan panggilan mbah Yem, selama hampir lima tahun mengalami kelumpuhan. Penyebabnya, tulang paha kanannya patah akibat terjatuh, celakanya tak pernah mendapatkan pengobatan medis. Semenjak itu, nenek uzur ini aktifitasnya mirip orang terpasung. Kesehariannya hanya berkutat di ruang sempit tanpa mampu berinteraksi seperti galibnya warga kebanyakan.

Dalam kondisi lumpuh, penderitaan mbah Yem semakin menjadi -- jadi. Pasalnya, rumah yang dihuninya nyaris ambruk termakan jaman. Di mana, selain seluruh tiangnya telah digerogoti rayap, bagian atapnya juga sudah ambruk. Berharap bantuan bedah rumah dari pemerintah, sangat tidak mungkin, karena lahan yang ditempati bukan miliknya sendiri.

Rumah mbah Yem sebelum dibedah, nunggu ambruk (foto: dok pri)
Rumah mbah Yem sebelum dibedah, nunggu ambruk (foto: dok pri)
Tiga minggu sebelumnya, Bambang Setyawan biasa disapa Bamset, selaku penanggungjawab Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, menyambangi kediaman mbah Yem untuk sekedar menyerahkan bantuan sembako. Namun, ketika melihat kondisi rumah yang nyaris hancur, ia langsung merasa perihatin. " Rekan- rekan relawan segera saya kumpulkan untuk menindaklanjuti hal ini," ungkapnya.

Hasil pertemuan singkat, seluruh relawan bersepakat untuk melakukan aksi bedah rumah milik  mbah Yem. Terkait hal tersebut, seluruh kebutuhan material untuk membongkar atap, mengganti dinding dan memplester lantai segera dihitung. Disepakati, pengerjaan akan memakan waktu dua hari, yakni Sabtu serta Minggu. Karena banyak relawan di hari biasa , masing- masing memiliki pekerjaan.

Mbah Yem saat ditemui pimpro Relintas ( foto : dok pri)
Mbah Yem saat ditemui pimpro Relintas ( foto : dok pri)
Dua hari jelang eksekusi bedah rumah, datang dukungan dari Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Lindu Aji Kota Salatiga. Pihak Lindu Aji, selain akan memberikan bantuan material, mereka juga siap menurunkan personilnya agar bedah rumah mampu berjalan lancar. " Bantuan material terpaksa kita tolak karena dari donasi yang masuk, jumlahnya telah mencukupi," kata Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset.

Hingga hari H tiba, puluhan relawan yang sudah berada di lokasi, berniat membongkar atap rumah milik mbah Yem. Ternyata, mayoritas usuk mau pun reng yang terpasang, praktis telah lapuk semua. Repotnya, dinding tembok belakangan diketahui juga tak layak huni. Sebab, tersenggol sedikit, langsung ambruk.Terkait hal itu, Bamset segera memerintahkan seluruh rumah diratakan.

Usai diratakan baru kembali dibangun ulang (foto: dok pri)
Usai diratakan baru kembali dibangun ulang (foto: dok pri)
Kursi Roda Baru

Konsekuensi dari diratakannya rumah berukuran 5 X 8 meter ini, tak pelak menimbulkan pembengkakkan biaya. Karena kebutuhan  material juga meningkat secara signifikan. Kendati begitu, Bamset tetap memaksakan bedah rumah total berjalan. Soal anggaran, menurutnya tidak masalah, sebab kas Relintas mampu menutupnya.

Dengan dibantu sekitar 50 an personil Lindu Aji, jadilah relawan bahu membahu menggempur dinding tembok sekaligus meratakan seluruh bangunan. Hampir seharian mereka bekerja keras di lahan yang sempit. Setelah semua puing disingkirkan, mulai didirikan ulang tiang penyangga, blandar untuk kuda- kuda hingga pemasangan usuk.

Buat adonan semen untuk memplester lantai (foto: dok pri)
Buat adonan semen untuk memplester lantai (foto: dok pri)
Para relawan perempuan yang harusnya mengharamkan pekerjaan kasar, demi segera terwujudnya rumah duafa ini, memaksa ikut bekerja keras. Mereka ikut mengangkut material, mengecat dinding hingga memasang usuk untuk pijakan genting. "Pokoknya, selama kita bisa mengerjakan, apa pun kita sikat," ungkap Kartini Rikho (40) relawan perempuan Relintas yang memang tomboy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun