Darmi (63) janda sebatangkara warga Dusun Kebondowo RT 02 RW I, Tlompakan, Tuntang, Kabupaten Semarang yg  didera kemiskinan akut dan terkena kanker kelenjar getah bening parah. Akhirnya menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Karyadi, Kota Semarang. Seperti apa upaya penyelamatan dhuafa ini, berikut catatannya.
Selasa (27/2) siang  lalu, relawan Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa) Kota Salatiga yang mendengar adanya seorang nenek dalam kondisi sakit parah dan hidup sendirian, segera meluncur ke lokasi. Begitu melihat Darmi yang biasa disapa dengan panggilan mbok Darmi, mereka langsung mengevekuasinya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Salatiga.
Kondisi kesehatan mbok Darmi, benar-benar sangat menyedihkan. Tubuhnya kurus digerogoti sel kanker yg tak bisa membedakan koruptor dengan duafa, sedangkan wajahnya, khususnya bagian leher hingga mata membengkak. Jangankan untuk makan steak, guna menelan bubur cair saja tenggorokannya kesulitan. Menurutnya, lehernya yang terdapat luka menganga terasa ditusuk ribuan jarum.
Tak pelak lagi, relawan yang tidak mempunyai dasar ilmu keperawatan, harus terlibat dalam pengambilan belatung- belatung laknat itu. Sungguh keren para pendekar Lensa, usai menyaksikan secara langsung pengambilan belatung di luka yg baunya aduhai, mereka tetap menyantap nasi bungkus sembari menunggui mbok Darmi. Sepertinya, pintu surga terbuka untuk kalian semua.
Hingga akhirnya, dokter di RSUD Kota Salatiga sepertinya tak mampu menangani penyakit yang diderita mbok Darmi. Sebab, kendati hampir sepekan dirawat, belum ada kemajuan yang berarti. Bahkan, belakangan muncul rujukan agar janda tersebut dibawa ke Rumah Sakit (RS) Ken Saras di Bergas, Kabupaten Semarang. Konon, di RS ini peralatannya lebih lengkap.
Hasil pemeriksaan Onkeologi,dokter menyimpulkan penyakit yg dideritanya sudah sangat parah. Mbok Darmi dirujuk ke RSUD Karyadi untuk mendapat pengobatan maksimal. Sungguh sangat dilematis, sebab, bila opname di Semarang, maka relawan Lensa bakal terkuras energinya. Padahal, relawan yg tinggal di ibu kota propinsi belum ada, semisal ada pun, belum tentu mampu mendampinginya.
Jadi Perhatian Publik
Karena nyawa memang menjadi taruhan, maka urusan penunggu selama menjalani pengobatan di RSUP Karyadi diabaikan. Relawan Lensa lintang pukang mengurusi proses administrasi hingga menyewa ambulan untuk melarikan mbok Darmi ke Semarang. Setelah menjalani pemeriksaan medis, ternyata kondisi janda tanpa anak itu sangat memperihatinkan.
Selain berat badannya terus menurun (maklum hanya makan bubur cair), mbok Darmi harus menjalani pemulihan kalium dan protein sebelum dilakukan tindakan medis. Untuk itu, dirinya perlu selama sepekan berada di RSUD Karyadi. Tentunya, relawan yang menjaganya selama 24 jam harus lebih bersabar.