Sempat tertidur hampir empat tahun, akhirnya dunia atletik Kota Salatiga berupaya untuk bangun kembali. Minggu (10/12) mendatang, digelar lomba lari 5 K (kilometer) , 10 K dan fun run dengan total hadiah mencapai Rp 150 juta. Diharapkan, event ini nakal mampu mendongkrak "syahwat" para atlet kota kecil tersebut.
" Di sini, selain hadiah uang tunai bagi pelari profesional dan beragam barang sebagai doorprize untuk pelari amatir, kejuaraan ini juga memperebutkan piala Kemenpora ," kata Susi Erawati, Â salah satu panitia lomba lari yang diberi label Ketua DPRD Salatiga Open, Kamis (30/11) sore.
Menurut Susi, dalam lomba lari yang dibagi tiga nomor tersebut, pihaknya juga akan bekerja sama dengan TNI. Di mana, nantinya tak menutup kemungkinan nama event bakal ditambahi embel- embel Hari Juang Kartika ke 71. "Ini merupakan hal yang positif, sebab di kalangan TNI/Polri sendiri sebenarnya banyak terdapat pelari-pelari tangguh," ungkapnya.
Untuk bisa mengikuti kejuaraan lari ini, lanjut Susi, peserta bisa mendaftar ke Kantor Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Salatiga yang terletak di Jalan Adi Sucipto Nomor 2, Kota Salatiga. Hingga sekarang, calon peserta yang tercatat mencapai hampir 1.000 orang. "Peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia, tak hanya dari Salatiga saja," jelas Susi.
Upaya membangkitkan atletik di Kota Salatiga, lanjut Susi, sebenarnya sudah dirintis sejak bulan Agustus lalu. Di mana, puluhan pegiat olahraga telah berniat menggelar event marathon dengan hadiah ratusan juta juga. Sayang, sebelum kegiatan digeber, terjadi intrik sehingga lomba diubah menjadi bulan Desember.
"Kami berharap, lomba lari ini tidak dikaitkan masalah- masalah politik. Semuanya 100 persen demi bangkitnya olahraga Kota Salatiga tercinta, sehingga event tersebut mampu mendorong pihak- pihak terkait untuk menggelar lomba serupa," tukas Susi serius.
Memang, apa yang diungkapkan Susi benar adanya. Kota Salatiga yang sejak tahun 80-an dikenal sebagai gudangnya pelari-pelari tangguh, hampir lima tahun terakhir ini mengalami kemunduran. Bahkan, kejuaraan lomba lari terakhir, yakni Ganesha Marathon di tahun 2013 lalu, praktis tanpa kelanjutan alias hanya berhenti begitu saja.
Padahal, publik sangat mafhum, sejak tahun 1985 para pelari di Salatiga selalu merajai nomor 5 K, 10 K mau pun marathon. Dirintis oleh Padepokan Atletik Dragon yang dipimpin Yon Daryono, lahir pelari- pelari nasional seperti Suryati , Maryati Sukoco, Rumini Sudragni, Heny Melon, Hendro Suwarno, Teguh Setyaji, Supriyadi (sekarang anggota TNI AD), Lestariyanto, Lucan Yatindas hingga Noor Amin.
Berkat prestasi atlet-atlet Dragon, akhirnya di tahun 1988  Menpora Abdul Ghafur meminta  Presiden ke-2 Soeharto untuk memberikan bantuan berupa Stadion Kridanggo yang berfungsi sebagai lapangan bola sedang pinggirnya dibuat jalur lintasan untuk latihan lari. Selain itu, Yon Daryono juga diberi fasilitas bangunan kamar-kamar atlet sekaligus markas Klub Atletik Dragon yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari stadion. Sejak saat itu, nyaris setiap kejuaraan lari, selalu didominasi anak- anak binaan Yon Daryono.
Hingga Suryati (pemegang  Rekornas nomor marathon) di tahun 1990-an, mendadak pindah ke Binjai, Sumatera Utara. Hilangnya Suryati, membuat Dragon agak kelimpungan, untungnya atlet-atlet yang lain masih konsisten berlatih dan tetap mampu merajai jalanan. Kendati begitu, nama besar Dragon perlahan mulai redup. Apa lagi, Yon Daryono sempat didera sakit sehingga program-program latihan kurang berjalan optimal.