Menurut Atha, meski dirinya sehari- harinya merupakan personil Polri, namun dalam aktivitasnya di Lensa, ia bersama anggota Lensa lainnya sepakat melepaskan profesinya. Sehingga, setiap kali pertemuan mau pun saat menggelar kegiatan sosial, sama sekali tak nampak adanya  jurang pemisah. " Kesepakatan itulah yang membuat saya nyaman di Lensa," jelas Atha.
Karena nuraninya terusik, akhirnya bersama rekan- rekan yang peduli sepakat membentuk Lensa yang anggotanya melebur dalam satu komunitas sosial. Seperti apa yang disampaikan oleh Sasha, Atha mengakui bahwa Lensa memang membuang jauh- jauh hal- hal terkait Sara. Artinya, apa pun sukunya, apa pun agamanya bila harus dibantu, maka Lensa akan turun tangan.
"Alhamdulillah, dukungan dari rekan-rekan baik di Kota Salatiga sendiri mau pun Kabupaten Semarang sangat besar. Saat ini anggota Lensa yang tercatat angkanya melebihi 1500 orang dan terus bertambah," kata Atha yang berasal dari Kabupaten Boyolali ini serius.
Itulah sedikit gambaran tentang Lensa Kota Salatiga yang sangat menjunjung tinggi kebhinekaan anggotanya yang lintas profesi sangat mengerti tentang pluralisme segala lini. Tak perlu dicekoki mengenai teori-teori perbedaan, sebab, mereka telah mengimplementasikannya setiap saat. Bagaimana kota anda ? (*)