Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lensa Salatiga, Berbagi Tanpa Sekat SARA

2 November 2017   17:19 Diperbarui: 3 November 2017   09:07 3561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu rumah target Lensa Salatiga (foto: dok Lensa)

Menurut Atha, meski dirinya sehari- harinya merupakan personil Polri, namun dalam aktivitasnya di Lensa, ia bersama anggota Lensa lainnya sepakat melepaskan profesinya. Sehingga, setiap kali pertemuan mau pun saat menggelar kegiatan sosial, sama sekali tak nampak adanya  jurang pemisah. " Kesepakatan itulah yang membuat saya nyaman di Lensa," jelas Atha.

Ketua Lensa mengenakan celana pendek hitam (foto: dok Lensa)
Ketua Lensa mengenakan celana pendek hitam (foto: dok Lensa)
Perihal berdirinya Lensa sendiri, ungkap Atha, berawal dari adanya keprihatinan di lapangan. Di mana, dirinya mau pun para aktifis lainnya sering menjumpai ketimpangan- ketimpangan di masyarakat. Di antaranya, kerap ditemukan kaum dhuafa yang hidupnya sangat menyedihkan, sementara keluarganya abai.

Karena nuraninya terusik, akhirnya bersama rekan- rekan yang peduli sepakat membentuk Lensa yang anggotanya melebur dalam satu komunitas sosial. Seperti apa yang disampaikan oleh Sasha, Atha mengakui bahwa Lensa memang membuang jauh- jauh hal- hal terkait Sara. Artinya, apa pun sukunya, apa pun agamanya bila harus dibantu, maka Lensa akan turun tangan.

"Alhamdulillah, dukungan dari rekan-rekan baik di Kota Salatiga sendiri mau pun Kabupaten Semarang sangat besar. Saat ini anggota Lensa yang tercatat angkanya melebihi 1500 orang dan terus bertambah," kata Atha yang berasal dari Kabupaten Boyolali ini serius.

Personil Lensa mengunjungi warga dhuafa (foto: dok pri)
Personil Lensa mengunjungi warga dhuafa (foto: dok pri)
Ya, apa yang diungkapkan Atha dan Sasha memang benar adanya, berbagi tak perlu harus melihat latar belakang target. Demikian pula dengan komunitas sosial, harusnya juga mengabaikan unsur SARA agar mampu tumbuh sehat. "Satu hal lagi, kami juga tidak mau terkontaminasi dengan urusan politik. Semua murni aktivitas sosial tanpa didomplengi masalah-masalah politis," tandas Atha.

Itulah sedikit gambaran tentang Lensa Kota Salatiga yang sangat menjunjung tinggi kebhinekaan anggotanya yang lintas profesi sangat mengerti tentang pluralisme segala lini. Tak perlu dicekoki mengenai teori-teori perbedaan, sebab, mereka telah mengimplementasikannya setiap saat. Bagaimana kota anda ? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun