Melimpahnya tanaman bambu di pedesaan, sepertinya membuat warga Desa Kemetul, Susukan, Kabupaten Semarang terpacu untuk membuat destinasi wisata. Hasilnya, selama 1 tahun belakangan mereka mampu merintis lokasi wisata alam di pinggir areal persawahan. Seperti apa bentuknya ? Berikut catatannya, Selasa (10/10) siang.
Letak Desa Kemetul, sebenarnya relatif jauh dari ibu kota Kabupaten Semarang. Di mana, hitungan kasar mencapai jarak sekitar 44 kilometer. Sementara untuk aktifitas ekonomi, warga lebih banyak memilih ke Kota Salatiga yang hanya berjarak tempuh 14 kilometer. Kendati begitu, warga terus mengasah kreatifitas guna memajukan desanya, salah satunya yakni merintis destinasi wisata.
Desa yang memiliki empat Dusun, yakni Kaliwarak, Krajan, Kidul Jurang dan Sipenggung ini, sepertinya sadar benar bahwa di masa mendatang, ketika Tol Semarang- Solo sudah jadi, maka desanya akan semakin terisolir. Terkait hal tersebut, sejak akhir tahun lalu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai membangkitkan gairah masyarakat guna merintis sebuah obyek wisata.
Menjalin kerja sama dengan para Ketua RT, masing- masing RT membuat gazebo yang dibangun di sisi jalan. Tentunya, prioritas utama, gazebo berbahan baku bambu. Fungsi gazebo di sini untuk sekedar kongkow atau pun beristirahat bagi pengunjung, pasalnya di sisi kanan terdapat puluhan pedagang yang akan mengais rejeki. Hasilnya, sedikitnya 40 unit gazebo terwujut sehingga kesan artistik sangat terasa.
Kendati belum sempurna 100 persen, namun karena pengunjung sudah mulai berdatangan, maka sejak awal tahun ini, pihak Pokdarwis sudah membuka destinasi wisata tersebut. Masyarakat yang mempunyai naluri bisnis pun, sepertinya enggan melewatkan peluang. Mereka ramai- ramai membuka lapak kuliner. Bahkan, yang mempunyai cukup modal berani menginvestasikan uangnya dengan memborong mobil mini cooper yang digerakkan aki.
Kenthis (35) selaku koordinator parkir Kemetul menjelaskan, lokasi ini pada sore hari biasanya mulai didatangi wisatawan lokal. Karena pengunjung hanya dibebabi biaya parkir Rp 2.000/ sepeda motor dan Rp 5.000/ mobil, maka di hari Sabtu atau Minggu, jumlah pengunjung bisa mencapai 2.000 orang. Sedangkan di hari biasa berkisar 100- 300 orang. " Tetapi kalau pas ada event, jumlah pengunjung bisa mencapai ribuan orang," ungkapnya.
Yang dimaksud event oleh Kenthis, Desa Kemetul saban tahun selalu menggelar hajatan Merti Desa. Di mana, acara peninggalan nenek moyang tersebut biasanya digelar berbagai atraksi budaya yang melibatkan seluruh warga desa. Karena terbilang unik, maka pengunjung dari berbagai daerah kerap menyaksikan tontonan langka itu.