Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Ganjar Pranowo, Jalan Dusun Kami Remuk Tak Berbentuk

1 Agustus 2017   15:15 Diperbarui: 5 September 2017   21:53 4209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi jalan seusai diguyur hujan (foto: dok pri)

" Para calon legislatif, kerap mengumbar janji akan memperjuangkan jalan ini agar diaspal lagi. Giliran sudah jadi, jalannya tetap tak berubah," ujarnya serius.

Ini bukan kubangan kerbau lho (foto: dok pri)
Ini bukan kubangan kerbau lho (foto: dok pri)
Dalam panggung politik, yang namanya kesenjangan di akar rumput, biasa dijadikan amunisi oleh para politisi untuk mendulang suara. Dalam pemilihan apa pun, hal tersebut dihalalkan. Repotnya, rakyat kecil sering terlalu naf sehingga menelan bulat- bulat ocehan mereka. Padahal, janji politisi sebenarnya hanya sekedar kosmetik politik.

Memang, lanjut Rohmad, saban tahun Desa Krandon Lor seperti galibnya desa- desa lainnya selalu mendapat kucuran dari pemerintah pusat berupa Dana Desa. Namun, bila anggarannya dialokasikan untuk memperbaikinya, maka dusun lainnya tak bakal menikmati gurihnya uang negara tersebut. " Padahal, di sini ada delapan dusun," ungkapnya.

Lebih jauh, baik Rohmad, Jamari mau pun Lukman berharap agar pejabat Kabupaten Semarang mau pun dari Provinsi Jateng sudi bertandang ke Desa Krandon Lor. Karena, dengan peninjauan lapangan para pejabat akan mengetahui pasti bahwa warga merasa dirugikan bila saban hari dipaksa mengambil jalan memutar yang selisihnya mencapai sekitar 7 kiloan meter.

Jembatan setelah 72 tahun merdeka (foto: dok pri)
Jembatan setelah 72 tahun merdeka (foto: dok pri)
Terkait hal itu, mereka meminta supaya pemerintah (Kabupaten mau pun Provinsi) bersedia turun tangan. Dengan kondisi jalan yang remuk tak berbentuk itu, masyarakat sangat dirugikan oleh waktu dan tenaga. Terlebih lagi bagi anak- anak sekolah yang harus berangkat lebih pagi. " Pak Ganjar Pranowo, sekali tempo tengoklah rakyat Dusun Tegal Ombo," imbuhnya.

Hingga perbincangan berakhir, untuk kembali ke Desa Suruh, saya sengaja memilih jalan melingkar. Hasilnya, menjelang perbatasan dusun, ups ! Ternyata terdapat jembatan kecil yang dibuat dari batang pohon kelapa yang diletakkan melintang berjajar. Ini apa- apaan ? Kabupaten Semarang yang memiliki APBD hampir Rp 2 triliun, ternyata masih mempunyai jembatan ala jaman kolonial Belanda. Bung, kita sudah merdeka selama 72 taon lho. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun