Tol Bawen-Salatiga sepanjang 18,2 Km, bulan Maret ini diperkirakan tuntas pengerjaannya. Ada sisi menarik atas proyek yang menghubungkan Semarang-Solo tersebut. Pasalnya, terdapat Jembatan Sungai tuntang yang panjangnya mencapai 370 meter. Sejauh mana eloknya jalan bebas jembatan yang dibangun pemerintahan Jokowi itu, berikut penelusurannya.
Jalan tol Bawen-Salatiga merupakan bagian dari tol Kota Semarang-Kota Surakarta yang panjang keseluruhan mencapai 75,67 Km. Melewati 6 kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar dan tentunya tak ketinggalan Kota Surakarta atau Solo. Bila jalan bebas hambatan ini jadi, perjalanan yang biasanya ditempuh hampir 3 jam, mampu dipangkas hingga 1 jam saja.
Dalam pengerjaannya, Tol Semarang- Solo terbagi menjadi 5 seksi, di mana 2 seksi yakni Semarang hingga Bawen sudah terselesaikan sejak akhir tahun 2014 lalu. Kemudian disusul seksi 3, yaitu Bawen-Salatiga yang pembangunannya dimulai tanggal 9 Juli 2015. Sebenarnya jalan bebas hambatan tersebut ditarget tahun 2016 telah terselesaikan, sayang, akibat kendala cuaca, baru memasuki bulan ke 3 tahun 2017 nyaris rampung.
Secara fisik, tol Bawen-Salatiga sudah terselesaikan sekitar 95 persen. Artinya bila dikebut, mungkin bulan depan telah tuntas pengerjaannya tinggal menunggu peresmian. Sebab, hanya tinggal beberapa titik pendek yang menunggu pengecoran. Demikian pula dengan pagar di sisi kanan kiri, praktis telah terpasang semua, termasuk gerbang keluar masuk tol.
Penasaran dengan sejauh mana progress pengerjaan Tol Bawen-Salatiga, akhirnya Kamis (3/2) sore saya pun bertandang ke lokasi. Agak susah mencari celah untuk memasuki jalan tol yang katanya disebut-sebut paling indah di Indonesia tersebut. Saya berpikir praktis saja, yang namanya tol ya jalan beton. Di mana, kanan kirinya terdapat rumah-rumah penduduk atau lahan kosong dibatasi pagar tinggi.
Sempat berputar-putar mencari jalan tikus, akhirnya di kawasan Tuntang, Kabupaten Semarang berhasil menemukannya (tidak sia-sia jadi “wartawan” Kompasiana). Ternyata, saat saya sudah memasuki ruas Tol Bawen-Salatiga, terlihat banyak anak muda yang nongkrong sembari selfie. Dengan mengabaikan keberadaan mereka saya pun langsung menuju jembatan Tuntang yang panjangnya 370 meter.
Usai mengabadikan gambar penopang jembatan, saat kembali ke atas orang makin banyak berkerumun. Seorang pria bernama Sakimun (65) warga Karang Tengah, Tuntang, Kabupaten Semarang yang tengah momong cucunya sempat saya ajak berbincang. “Mumpung belum ditutup Pak, jalan- jalan ke sini menikmati pemandangan,” ujarnya.
Kalau jalan tol lainnya memiliki nama, lanjut Sakimun, seperti Jagorawi, JORR, Cipularang, Padaleunyi, Cipali hingga Jembatan Suramadu, maka tol Bawen–Salatiga idealnya juga diberi nama. Karena dibangun saat pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi, ia berharap nantinya dinamai Tol Jokowi. “Kan tidak ada salahnya Pak? Tol Semarang-Solo kan belum memiliki nama,” dalihnya mengutarakan pembenaran diri.
Tiba di sekitar Desa Karang Tengah, penyusuran terhalang verboden, akses masuk ditutup karena para pekerja tengah melakukan finishing tikungan Petruk. Yang dimaksud tikungan Petruk adalah jalan menurun dan memiliki tiga kali kelokan tajam. Kendati telah terpasang rambu-rambu, tetapi bila diabaikan pengemudi bisa celaka di lokasi ini.