Orang menyebutnya barak militer Bantir, namun nama sebenarnya adalah Komando Latihan Rindam IV Diponegoro yang terletak di Desa Bantir, Sumowono, Kabupaten Semarang. Ada hal menarik atas berbagai bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda tersebut, yakni keangkerannya. Sejauh mana kebenarannya, berikut penelusurannya.
Karena fungsinya sebagai tempat latihan, maka barak militer yang menempati lahan 4,3 hektar ini banyak berdiri bangunan-bangunan khas serdadu. Masing- masing barak berukuran 8 x 50 meter, dengan cat hijau tentara, pintu mau pun jendelanya lebar khas bangunan Belanda. Tiap barak bisa untuk tidur sekitar 100 orang. Ada kesan angker yang teramat akut, kendati di siang hari. Padahal, tidak satu pun personil militer terlihat.
Sudah sejak lama berita tentang keangkeran barak militer beredar, kendati begitu, untuk menelusurinya selalu tertunda. Hingga, setelah memilih waktu longgar, akhirnya terealisasi juga mengunjungi bekas markas pasukan Kaveleri Belanda yang berada di ketinggian 930 mdpl tersebut. Begitu tiba di lokasi, udara dingin langsung merasuk kulit, maklum cuaca lagi tak ramah. Jalanan basah, usai diguyur hujan.
Berkeliling seluruh lokasi barak militer, akhirnya di barak paling barat bertemu dua laki- laki tengah melakukan pembibitan di lahan bawah bangunan. Dalam perbincangan inilah terungkap betapa angkernya bekas markas serdadu Belanda yang bentuk fisik bangunannya masih sangat kokoh. “Kalau soal angker, seluruh warga kecamatan Sumowono mengetahuinya mas. Sejak jaman dulu ya memang seperti itu,” kata Sardi (sebut saja begitu) sembari membenamkan benih tanaman ke dalam tanah.
Menurut Sardi, setiap ada kegiatan di barak militer yang melibatkan pelajar, mahasiswa mau pun anggota TNI AD, bisa dipastikan terjadi kesurupan. Bahkan, terkadang yang dirasuki roh halus tak hanya satu atau dua orang saja. “Pernah terjadi, sepuluh orang mengalami kesurupan secara bersamaan,” ungkapnya.
Dikatakan, saat siswa SMK Negeri 6 Kota Semarang menggelar kegiatan di sini, sedikitnya 7 anak mengalami kesurupan. Seperti layaknya orang kerasukan makhluk halus, mereka bertingkah di luar nalar. Ada yang mengaum mirip harimau, ada yang bersikap seperti serdadu Belanda hingga berteriak- teriak tak jelas. “Kalau sudah begitu, biasanya Pak Sapari yang turun tangan,” jelasnya sembari menambahkan bahwa Sapari merupakan kepala perwakilan Kolat Rindam IV Diponegoro, berpangkat Serma TNI AD.
Begitu pun dengan rombongan mahasiswa asal Kota Semarang yang tengah menggelar perkemahan dengan melibatkan ratusan orang. Ketika kegiatan belum melewati tengah malam, tiba- tiba 10 orang peserta mengalami kesurupan. Lucunya, ternyata dalam dunia roh halus, terdapat 'komandan' yang memimpin pasukannya. Hal itu terlihat pada salah satu mahasiswi yang disebut oleh 9 orang lainnya sebagai Nyai. Saat 9 orang itu bertingkah tidak terkendali, namun, setiap melewati Si 'Nyai' selalu mengucapkan kata permisi sembari menyembah.
Apa yang disampaikan oleh Sardi, dibenarkan seorang pemilik warung makan sate kelinci di dekat pasar Sumowono. Di tahun 2009, sutradara Yadi Sugandi mengambil lokasi barak militer Bantir untuk shooting film berjudul Merah Putih yang dibintangi Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Zumi Zola dan beberapa artis lainnya. Sebagai orang modern, Yadi kurang percaya terhadap hal- hal berbau takhayul. Akibatnya, selama berlangsungnya pengambilan gambar, kru produksi selalu diganggu. “Bentuk gangguannya beragam, ada yang kesurupan, diesel tidak mau menyala, pemain mendadak tak enak badan. Pokoknya macam- macam,” terangnya.