Dari sekitar 100 pedagang, kata Ujang, sebenarnya tidak semuanya sehari-hari bekerja sebagai pedagang. Mereka multiprofesi, dari mulai petani, pekerja bangunan hingga pekerjaan lainnya. Karena berdasarkan pengalaman setiap memasuki bulan Agustus mampu memetik keuntungan lumayan, mereka pun bedhol deso (meninggalkan desanya) guna menikmati masa panen.
Berdasarkan keterangan tiga pedagang, berbagai pernak-pernik merah putih memiliki harga standar. Untuk becron karet sepanjang 10 meter dijual seharga Rp 250 ribu, becron karet 5 meter Rp 150 ribu, bandir Rp 40 ribu, umbul-umbul Rp 20 ribu dan sedangkan bendera termurah Rp 25 ribu paling besar Rp 100 ribu. “Kami mendapatkan komisi penjualan, Pak. Tapi kadang juga ada kelebihan sedikit,” kata Ujang diamini dua rekannya.
Itulah sedikit tentang berkah merah putih yang mampu dinikmati pedagang musiman. Dwiwarna yang merupakan suatu warna sakral bagi rakyat Indonesia, di usianya yang ke-71, ternyata tetap sangat bermanfaat bagi rakyat kecil. Memang, esensi bendera kebangsaan tak sekadar berkibar jelang ulang tahun kemerdekaan, yang paling penting, merah putih selalu berada di hati bangsa yang besar ini dan yang punya kekuasaan jangan korupsi. Salam Merdeka! (*)