Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Begini Modus Minimarket dalam Mencurangi Konsumen

11 Agustus 2016   16:19 Diperbarui: 11 Agustus 2016   17:23 7049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barang yang dipajang tanpa label harga (foto; dok pri)

Kendati tak semua minimarket mau pun supermarket bertindak nakal, namun, beberapa di antaranya sengaja mengakali konsumen hingga mampu meraup keuntungan berlipat. Berikut modus operandi mereka dalam mengadali pelanggannya.

Seorang gadis muda bernama Sofia, mendadak uring- uringan saat berbelanja di salah satu minimarket. Ia yang mengambil 8 item barang kelontong, giliran akan membayar di kasir, ternyata ada 6 barang  item yang harganya tidak sesuai dengan label harga yang dipajang di rak. Menghadapi komplain itu, sang kasir bersikap tenang. “ Maaf mbak, harganya memang belum disesuaikan dengan komputer kami,” ujarnya tanpa merasa bersalah.

Karena didera rasa jengkel akut, akhirnya Sofia membatalkan pembayaran seluruh barang yang sudah diambilnya. Ia merasa dikadali, sebab, selama ini setiap belanja, usai mencomoti barang- barang kelontong, dirinya langsung membayar tanpa pernah mencocokkan harga yang ada di rak dengan print out(struk). “ Kalau saya total, selisih harganya mencapai Rp 20 an ribu untuk 6 item barang yang tak sesuai,” kata Sofia.

Apa yang dialami Sofia, diduga banyak menimpa pada diri konsumen lainnya. Mayoritas, mereka tak pernah melakukan pengecekan silang antara harga yang dibayar dengan label harga di rak. Banyak faktor yang menyebabkan mereka abai, bisa karena terburu- buru, terlanjur percaya, memaklumi penjelasan kasir  hingga bersikap masa bodoh dengan kerugian yang tidak seberapa.

Dalam pengamatan di lapangan, sepertinya modus tak memasang label harga pada barang yang dijajakan memang banyak terjadi. Beragam barang kelontong yang terletak di rak, label harga hanya berada di bawah tumpukan barang. Sedang harga yang sebenarnya ada di komputer kasir. Hal inilah yang sering membuat konsumen tersesat. Sebab, kendati terdapat harga yang sesuai, namun sering ditemukan harga yang berbeda.

Dalih yang dikemukakan kasir pun, selalu sama, yakni mohon maaf harga barang belum terinput di komputer. Sepertinya mereka sudah dilatih berdiplomasi, terbukti, tak ada perubahan pada sikap mau pun raut wajahnya. Seakan, semua sah adanya. Jadi, kalau mau bersikap sebagai konsumen yang cerdas, lebih baik dikonfirmasi dulu barang yang bakal dibeli.

Bagi minimarket yang mengedepankan kejujuran untuk menjaring pelanggan, bisa dipastikan seluruh barang dagangan yang dipajang selalu ditempeli label harga. Begitu pun harga yang tertera juga identik dengan data yang ada di komputer kasir. Sayangnya, entah kenapa banyak yang memilih tidak menempelkan harga di masing- masing barang.

Supermarket Lebih Parah

Terkait akal- akalan yang terjadi di minimarket, rupanya juga menjadi mode di supermarket. Celakanya, kalau tak teliti, kerugian yang diderita konsumen, nominalnya lebih besar. Modus operandi di salah satu pusat perbelanjaan di Salatiga, yakni memainkan jumlah item yang dibeli. Di mana, kendati setiap barang memiliki label, namun, giliran tiba di meja kasir, print out yang keluar bisa saja tidak sesuai.

Seorang ibu rumah tangga bernama Dian (30) yang tengah berbelanja di supermarket ternama, usai membayar barang yang dibeli masih sempat membaca deretan daftar barang. Dari 20 item barang senilai Rp 423.000, ternyata ada satu item yang angkanya membengkak. Ia mengambil 1 pak seharga Rp 15.500, oleh kasir dihitung 14 pak. Sehingga harga yang tertera 14 X Rp 15.500 : Rp 217.000 !

Struk pembayaran milik Dian (foto: dok pri)
Struk pembayaran milik Dian (foto: dok pri)
Demi melihat angka yang tak wajar tersebut, spontan Dian mengajukan protes. Lucunya, tanpa berbelit uangnya langsung dikembalikan. Sembari meminta maaf, sang kasir mengaku khilaf karena salah memencet tombol sehingga angka satu berubah menjadi 14. “ Untung saya menyempatkan meneliti, kalau tidak, ya tetap repot sendiri. Sebab, kalau komplain dilakukan sesudah barang keluar dari supermarket, pasti diabaikan,” gerutu Dian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun