Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas! Maut Mengintai di Jalur Mudik

2 Juli 2016   17:05 Diperbarui: 2 Juli 2016   17:30 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Himbauan simpatik di Kota Salatiga (foto: dok pri)

Memang, menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua mau pun roda empat lebih irit dan praktis dibanding menggunakan angkutan umum. Begitu pun saat di kampung halaman, nantinya tak dipusingkan dengan sarana transportasi untuk silaturahmi. Yang jadi masalah, ketika menempuh perjalanan jauh tanpa memperhatikan rambu- rambu lalu lintas. Pelanggaran sekecil apa pun terhadap peringatan yang dipasang pihak berwenang, akan fatal akibatnya.

Salah satu contoh kecil, ketika kita melaju dengan kecepatan 80 kilometer perjam, tanpa disadari, sebenarnya setiap saat maut selalu mengintai. Karena, saat mata berkedip saja, maka kendaraan yang kita kemudikan (kendarai) sudah berjalan 22 meter. Mungkin bila hal ini dilakukan di tol tak akan bermasalah, namun, bila dijalanan umum, kita tidak mengetahui yang apa yang bakal terjadi sepanjang 22 meter tersebut.

Itulah sedikit gambaran tentang mudik, kiranya kita semua berharap tak terjadi hal- hal yang buruk terhadap saudara- saudara kita yang tengah pulang kampung. Yang jelas, antisipasi kecelakaan di jalan raya tergantung perilaku pengendara mau pun pengemudi. Ingat, silaturahmi bersama kerabat, orang tua dan sahabat memang penting, namun, keselamatan diri juga teramat sangat penting karena nyawa belum ada satu pun yang menjualnya. Selamat mudik saudara. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun