Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awas! Maut Mengintai di Jalur Mudik

2 Juli 2016   17:05 Diperbarui: 2 Juli 2016   17:30 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Himbauan simpatik di Kota Salatiga (foto: dok pri)

Kendati pemerintah melalui berbagai cara berupaya menekan penggunaan kendaraan roda dua untuk dijadikan sarana transportasi pada arus mudik, namun, ratusan ribu penggunanya tetap saja bandel. Padahal, sepanjang perjalanan menuju kampung halaman, maut selalu mengintai sehingga lengah sedikit, nyawa taruhannya.

Kamis (23/6) lalu, Eko Setiawan (29) warga Kabupaten Cilacap yang mengendarai sepeda motor jenis Honda Beat bernomor polisi B 3428 FXW dari Jakarta, mengalami nasip naas. Di tikungan Blok Tegalmundu, Desa Mundu, Kecamatan Karangampel,Kabupaten Indramayu, motornya dihantam truck tronton bernomor polisi W 8409 US. Akibatnya fatal, pemudik yang berniat pulang ke kampung halamannya itu, tewas seketika di tempat kejadian perkara (TKP).

Peristiwa maut yang merenggut nyawa tersebut, terjadi pk 06.30, diduga keras pengemudi truck tronton memacu pedal gasnya dengan kecepatan tinggi. Sementara korban, ditengarai juga kurang waspada sehingga saat melihat kendaraan berat datang dari arah depan, konsentrasinya terpecah dan terlambat mengantisipasi bahaya. Mungkin faktor kelelahan sangat mempengaruhi stamina korban.

Apa yang menimpa almarhum Eko, bisa dialami oleh siapa pun dan di mana pun. Terlebih lagi pada arus mudik, para pengguna kendaraan roda dua selalu diintai oleh maut. Berdasarkan data Operasi Ketupat tahun 2015, selama mudik terjadi kecelakaan lalu lintas sebanyak 3.048 kali, korban meninggal 646 orang, luka berat 1.57 orang dan cedera ringan 3.891 orang.

Korps Lalu Lintas Kepolisian RI mencatat, dengan adanya upaya pencegahan agar pemudik tidak menggunakan sepeda motor, terjadi penurunan angka kecelakaan disbanding mudik Lebaran tahun 2014. Di tahun 2014, H-7 hingga H+ 2 Idhul Fitri, maut jalanan telah merenggut nyawa 503 jiwa. Sedang di periode yang sama tahun 2015, korban meninggal mencapai 440 orang. Artinya terjadi penurunan angka 13 persen, tentunya tahun ini diharapkan angka itu bisa lebih rendah.

Selama hampir 10 hari arus mudik tahun 2015, dari 2.148 kasus kecelakaan, ternyata sepeda motor masih mendominasi. Sebanyak 2.505 pengendara motor terlibat kecelakaan di jalan raya, kendaraan roda empat 253 unit dan bus 164 unit. Padahal, untuk antisipasinya, ratusan ribu personil kepolisian sudah disiagakan di berbagai ruas jalan. Toh faktanya, korban terus bertumbangan.

Dimulai Dengan Pelanggaran

Mayoritas kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang merenggut nyawa, penyebab utamanya dimulai dari pelanggaran. Baik soal kelaikan kendaraan, perilaku pengendara (pengemudi), kecepatan hingga faktor kelelahan. Sementara untuk pengguna jalan yang lebih berhati- hati saat menjalankan kendaraan bermotor, biasanya cedera yang dialami relatif ringan. Padahal, pemudik yang berjalan secara kelompok, cenderung mengabaikan keselamatan dirinya sendiri mau pun orang lain.

Hal yang paling sering diabaikan oleh pengguna kendaraan bermotor saat menempuh perjalanan mudik, adalah keberadaan angkutan berat sejenis truckbermuatan penuh, trucktronton hingga trucktrailer. “ Pengendara sepeda motor dan mobil kecil sering menyalib dengan cara memotong. Ini sangat membahayakan kami,” kata Supar (45) pengemudi truck tronton, Sabtu (2/7) di pangkalan truck Tegalpanas, Bergas, Kabupaten Semarang.

Menurut Supar, apa pun jenis angkutan berat yang melaju di jalanan, kendati kecepatannya hanya berkisar 50 kilometer perjam, tak bakal bisa direm secara mendadak. Artinya, bila ada kendaraan bermotor usai menyalip terus memotong dan tiba- tiba di depan truck melambatkan laju kendaraannya, maka akibatnya bisa fatal. Sebab, meski sudah direm sekuat tenaga oleh pengemudi truck, kendaraan besar itu tetap melaju serta menghantam apa yang ada di depannya.

Dari apa yang disampaikan Supar, maka, akan sangat baik bila pengguna lalu lintas  bisa memahami karakter kendaraan berat tersebut. Jangan menyalib dari sebelah kiri dan jangan menyalib dengan cara memotong (di kalangan pengemudi truckdisebut iris tempe).  Karena semisal dilakukan, maka kemungkinan besar bakal menuai celaka yang salah- salah bisa hilang nyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun