Padusan atau mandi keramas dengan maksud penyucian diri sehari sebelum menjalankan ibadah puasa, sepertinya sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam. Begitu pun yang terjadi di Sendang Senjoyo, Desa Tegalwaton, Tengaran, Kabupaten Semarang yang sarat lagenda. Minggu (5/6) dijejali ratusan orang yang hendak membersihkan diri, berikut catatannya.
Padusan yang berasal dari kata adus (mandi), artinya merupakan membersihkan diri agar dapat menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Pengertian membersihkan diri, tentunya meliputi mandi sekaligus keramas guna menghilangkan hadast besar dan kecil. Sebenarnya ritual padusan bisa dilakukan di mana pun. Kendati begitu, banyak warga yang memiliki tempat-tempat khusus, salah satunya Sendang Senjoyo.
Para anggota ormas berpakaian doreng dan panitia bertindak sebagai filter bagi pengunjung. Setiap kendaraan bermotor yang berboncengan langsung diminta membayar Rp 10.000,00 sedangkan mobil dihitung penumpangnya. Saya sendiri berhasil lolos karena berdalih hanya sekedar lewat kendati sebelumnya sempat diperintahkan untuk memutar balik. Aduh! Baru jadi anggota ormas saja galaknya melebihi aparat keamanan, terus bagaimana kalau benar-benar menyandang predikat aparat?
Kendati begitu, masih terlihat ratusan orang lalu lalang. Sementara yang berada di dalam sendang hanya berjumlah puluhan. Banyak yang usai menggelar ritual padusan malah ber-selfie di pinggiran pemandian. Sedang di bumi perkemahan, ratusan orang masih berkumpul menyaksikan pertunjukan reog. Begitu pun bunyi tetabuhan reog yang disalurkan melalui pengeras suara, terdengar nyaring bersahutan.
Salah satu pengunjung mengaku bernama Budi Haryanto, warga Desa Kali Gentong, Ampel, Kabupaten Boyolali yang datang ke Sendang Senjoyo bersama anak dan istrinya menjelaskan. Ia saban tahun menjelang bulan Ramadhan selalu melakukan ritual padusan di lokasi ini. “Di tempat lain bisa-bisa saja, tapi rasanya kurang afdol,” ungkapnya.
Areal Sendang Senjoyo yang terkenal dengan lagenda Joko Tingkir alias Mas Karebet, sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda dikenal sebagai tempat yang sakral. Selain untuk ritual kungkum (berendam) semalam suntuk pada hari-hari tertentu, juga selalu menjadi tujuan tradisi padusan. Sedang tradisi lainnya malam selikuran (hari ke-21 bulan Ramadhan) di mana banyak orang yang menggelar tirakatan dengan cara kungkum maupun membasuh wajah. Di luar hal tersebut, adalah upacara Mapag, yakni ungkapan rasa syukur pada Allah SWT yang digelar setiap malam satu suro.
Berdasarkan cerita turun-menurun, konon sebelum Joko Tingkir mengabdi di Kesultanan Demak, ia selalu berendam di Sendang Senjoyo untuk memperoleh kesaktian. Setelah merasa mempunyai ilmu kanuragan, dirinya berangkat ke Demak dan belakangan berhasil menjadi penguasa setelah melalui berbagai rintangan yang teramat sulit.
Lagenda keberadaan Joko Tingkir memang lekat di benak masyarakat sebab terdapat beberapa kemiripan. Di antaranya, desa yang bersebelahan dengan Sendang Senjoyo mempunyai nama Desa Tingkir. Sepak terjang Joko Tingkir memang mengagumkan, konon saat ia tengah melakukan ritual, air yang sebelumnya tenang, tiba-tiba bergolak menyemburkan jutaan kubik air yang mampu mengancam keselamatan warga Salatiga.