Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Padusan di Sendang Senjoyo yang Melegenda

6 Juni 2016   03:46 Diperbarui: 6 Juni 2016   11:58 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski sudah jelang sore masih banyak yang berendam (foto: dok pri)

Papan peringatan yang dibuat Keraton Pajang (foto: dok pri)
Papan peringatan yang dibuat Keraton Pajang (foto: dok pri)
Bila dibiarkan, Kota Salatiga dan wilayah di sekitarnya bakal didera musibah banjir. Terkait hal tersebut, Joko Tingkir langsung bertindak sigap. Ia memotong rambutnya yang gondrong. Potongan rambutnya itu segera digunakan untuk menyumbat mata air hingga bencana banjir urung terjadi. Diyakini, bila tak disumbat, Kota Salatiga bakal diterjang banjir bandang.

Sendang Senjoyo sendiri sebenarnya tidak termasuk wilayah Kota Salatiga. Hanya karena jaraknya cukup dekat (berkisar 5 kilometer), banyak orang menganggap Senjoyo adalah bagian Salatiga. Sedikit tentang areal Senjoyo yang terkesan keramat ini menempati areal seluas hampir 5 hektar dan dikelilingi pohon-pohon besar sehingga kesan adem sangat terasa. Berdasarkan keterangan, di lokasi ini terdapat enam mata air yang terdiri atas Sendang Putri, Sendang Slamet, Sendang Bandung, Sendang Lanang, Sendang Teguh, dan Tuk Sewu.

Masyarakat sendiri sangat meyakini bahwa Sendang Senjoyo adalah petilasan Keraton Pajang/Mataram. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya papan peringatan tentang tata tertib serta larangan untuk tidak berbuat maksiat. Entah siapa pemasangnya, yang jelas di bawah tulisan terdapat tulisan Pajang/Mataram. Terlepas dari apa pun, yang pasti menjaga tradisi dan budaya harus tetap dilestarikan. Kendati jaman sudah berubah, tak ada buruknya merawat sekaligus melindungi tradisi. Selamat menjalankan ibadah puasa. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun