Stasiun Kereta Bringin yang mengenaskan (foto: dok pribadi)
Stasiun Kereta Api di wilayah Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang yang usianya telah mencapai 143 tahun, ternyata nyaris remuk tak berbentuk. Kendati termasuk bangunan cagar budaya, namun, kondisinya teramat sangat menyedihkan bahkan tinggal menunggu waktu untuk ambruk.
Berawal dari kabar yang menyebutkan bahwa pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah melakukan penertiban terhadap ratusan penghuni lahan milik perusahaan sepur tersebut di wilayah Kecamatan Bringin. Pembersihan areal itu terkait dengan rencana reaktivasi jalur rel Stasiun Tuntang- Kedungjati yang panjangnya mencapai 32 kilometer. Karena nantinya bakal melalui Stasiun Bringin, saya pun tertarik menelusurinya.
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, saya sudah tiba di lokasi. Nampak areal di sekitar Stasiun Bringin sudah berhasil dibersihkan. Bahkan, halaman Stasiun yang dulunya padat kios, sekarang terlihat lapang. Dari jarak 50 meter, Stasiun Bringin yang dibangun tahun 1871 dan beroperasi tahun 1873 sepertinya masih kokoh berdiri. Namun, ketika didekati, bangunan itu hancur sana sini. Remuk tak berbentuk.
Baik genting, plafon dan temboknya banyak yang keropos akibat tak terawat. Daun pintu mau pun jendela raib entah kemana. Saat memasuki bagian dalam, ada nuansa angker yang menyergap tubuh. Ironis, bangunan yang termasuk cagar budaya serta telah berumur 143 ini rusak parah karena tidak memperoleh perawatan yang layak. Di sisi utara Stasiun, terdapat rumah cukup besar, diduga dulunya difungsikan jadi rumah dinas Kepala Stasiun. Kondisinya, 11-12, hancur berat.
Satu- satunya yang memperlihatkan bahwa bangunan ini dulunya Stasiun adalah peralatan sinyal yang tertinggal dan pintu loket penjualan karcis yang terbuat dari besi. Selebihnya, bila bukan warga sekitar, tak bakal mengetahui bahwa tempat ini pernah menjadi Stasiun kebanggaan. Di sisi selatan, terdapat bangunan penampungan air serta toilet, keadaannya juga menyedihkan. Ada pun jalur rel yang menghubungkan ke Stasiun Tuntang hingga Kedungjati, lenyap semua.
Rel sebagai sarana penting untuk lalu lintas kereta api, sama sekali tidak terlihat bekasnya. Ada dua kemungkinan, jalur rel tertimbun tanah atau bantalan rel mau pun besinya raibnya dijarah oknum tak bertanggung jawab. Karena Stasiun Bringin sebelum sampai Stasiun Kedung Jati harus melewati dua Stasiun lagi, yakni stasiun Gogodalem dan Stasiun Tempuran, akhirnya saya meneruskan penelusuran.
Dua Stasiun Lenyap
Rencana reaktivasi jalur kereta api dari Stasiun Tuntang- Kedungjati sepertinya bakal digarap serius oleh PT KAI, entah dengan pertimbangan apa, yang jelas beberapa fly over di jalur yang akan dilalui sudah dibangun. Hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk tiba di Stasiun Gogodalem, maklum jaraknya cukup dekat, cuma 5 kilometer dari Stasiun Bringin.