[caption caption="Umat Kristiani lesehan di tengah lapangan (Foto: Dokumen pribadi)"][/caption]Sedikitnya 3.000-an umat Kristiani Kota Salatiga, Minggu (28/3) sore menggelar ibadah Paskah bersama di lapangan Pancasila. Hajatan yang berlangsung tepat di depan Masjid Raya Darul Amal tersebut berjalan sangat lancar tanpa ada gangguan apa pun.
Kota Salatiga sendiri, populasi penduduknya yang beragama Islam mencapai 75 persen. Sedang sisanya merupakan pemeluk Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Kendati begitu, perbedaan beragama tak membuat kalangan minoritas tersingkir. Hal tersebut yang membuat Lembaga Setara Institute menobatkannya menjadi kota paling toleran kedua se-Indonesia.
Prosesi memperingati Paskah dan Natal yang berlangsung di lapangan Pancasila, sebenarnya sudah berlangsung berpuluh–puluh tahun. Di lapangan yang sama, umat Muslim selama setahun memanfaatkannya untuk sholat Idhul Fitri serta Idhul Adha. Tak ada gesekan, tidak ada pula benturan. Semua berjalan normal seperti biasa karena masing-masing sangat menghargai pluralisme beragama.
[caption caption="Ratusan umat Kristiani memilih berteduh sambil mengikuti ibadah (Foto: Dok pribadi)"]
Agak Sepi
Dalam ibadah Paskah Bersama yang dikoordinir oleh Badan Kerjasama Gereja Salatiga (BKGS) ini, biasanya diikuti sedikitnya 6.000–7.000 umat Kristen mau pun Katholik yang datang dari 76 gereja di wilayah Kota Salatiga. Namun, prosesi yang berlangsung sore ini agak berbeda. Hitungan kasar, hanya sekitar 3.000-an umat yang memenuhi Lapangan Pancasila. Itu pun akibat cuaca yang mendung, lapangan terlihat lengang karena banyak yang memilih menepi di bawah rindangnya pohon.
“Sepinya umat yang mengikuti Ibadah Paskah Bersama ini mungkin karena Hari Jumat sudah melaksanakan kebaktian Paskah di gerejanya masing- masing,” kata Mulyono, warga Pengilon yang hadir di lapangan Pancasila.
[caption caption="Ini juga memilih berteduh di bawah pohon (Foto: Dokumen pribadi)"]
“Ini untuk antisipasi agar tidak terjadi hal- hal yang diinginkan. Bagi umat yang akan mengikuti kebaktian, kami menyiapkan kantung-kantung parkir,” kata Kapolres Salatiga saat dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim AKP M. Zazid SH. MH.
[caption caption="Jalan menuju Lapangan Pancasila diblokade (Foto: Dokumen pribadi)"]
Itulah gambaran sedikit tentang Ibadah Paskah Bersama yang digelar di Kota Salatiga, kota paling toleran kedua di Indonesia. Kebaktian yang berlangsung di depan Masjid Raya Darul Amal dan kampus IAIN Salatiga, berjalan mulus tanpa gangguan. Pengeras suara ribuan watt yang digunakan tanpa diminta langsung dimatikan saat berkumandang adzan Ashar. Seakan, toleransi seluruh umat bukan hanya slogan, retorika serta jargon semata. Berpuluh tahun warga Salatiga telah merealisasikannya. Pluralisme bukan hal yang aneh di mata warga. Ah! Salatiga memang beda. Makanya saya betah hidup di sini. (*)
*Untuk rekan- rekan yang merayakannya, Selamat Paskah 2016