Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Panik Bila Ditelepon Polisi

4 Februari 2016   17:26 Diperbarui: 5 Februari 2016   10:50 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penjelasan yang agak masuk akal, tapi tak rasional di mata saya. Untuk itu, saya menanyakan posisinya karena saya akan menemuinya dengan menggunakan bahasa sandi kepolisian. “Mohon maaf bapak, saya berterima kasih bapak berkenan membantu anak saya. Bapak sekarang 102? Saya segera 108.” kata saya.

“Apa maksudnya 102 dan 108?” tukasnya cepat. Begitu ia mempertanyakan arti 102 serta 108, saya langsung meyakini pria ini merupakan polisi gadungan. Sebab, bila polisi beneran, dari yang berpangkat rendah hingga paling tinggi pasti mengetahui artinya.

“Hahaha kalau anda tanya soal 102 dan 108, artinya anda polisi imitasi,” jawab saya sembari tertawa. Hasilnya, tep ! Sambungan telepon langsung putus.

Semenjak kejadian itu, bu Hesti tak lagi didera rasa panik ketika menerima telepon yang menyebut mendapat hadiah, anaknya kecelakaan mau pun berita yang lain. Ia lebih memilih mengabaikannya dan melakukan konfirmasi terlebih dulu.

Menelepon Secara Acak

Dari dua contoh kasus tersebut, saya mengambil kesimpulan, bandit yang kerap mengaku sebagai polisi, sebenarnya hanya memanfaatkan kebingungan korban. Di mana, saat ditelepon dan mengabarkan telah terjadi sesuatu terhadap anaknya, seorang ibu secara spontan akan menyebut nama salah satu putranya yang berpotensi melanggar hukum. Dengan bekal nama yang terlanjur disebut itulah, ulah pelaku semakin menjadi. Semisal calon korban tak menyebut nama, pelaku bakal kebingungan sendiri.

Kapolres Salatiga AKBP Yudho Hermanto SIK yang dikonfirmasi perihal aksi tipu- tipu ini, melalui Kasat Reskrim AKP M. Zazid SH.MH mengakui pihak susah mengendus jejak pelaku. Pasalnya, selain nomor rekeningnya berada di luar pulau Jawa, ketika ditelusuri pun, pemilik rekening merasa tak pernah merasa memiliki rekening di bank mana pun. “Artinya, pelaku sudah memalsukan identitas seseorang untuk membuka rekening guna mendukung aksi kejahatannya.” jelasnya.

Menurut perwira muda ini, dalam mencari mangsa, pelaku sengaja menelepon calon korban secara acak. Bila yang mengangkat suaranya anak- anak atau remaja, telepon langsung diputus. Begitu pun semisal yang mengangkat laki- laki, tanpa basa basi segera diputus. “ Sasarannya memang ibu- ibu, karena perempuan relatif gampang panik,” kata M. Zazid.

Sebagai langkah antisipasi terjadinya tindak kriminal serupa, pihak Polres Salatiga selain sering mengeluarkan himbauan melalui media cetak, juga dipasang berbagai spanduk himbauan agar masyarakat tidak gampang terpengaruh oleh berbagai penipuan online. Baik lewat SMS mau pun telepon, pihaknya berharap masyarakat tak mudah terpengaruh.

Terkait hal tersebut, M. Zazid membagikan tips kecil agar masyarakat tak lagi menjadi korban. Bila menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai anggota polisi, tanyakan pangkat, satuan tempat bertugas, Nrp dan selanjutnya dikonfirmasikan ke Polres terkait. “Prosedur tetap (Protap) kita, semua anggota yang bertugas di lapangan selalu dibekali surat tugas. Begitu pun ketika memberikan kabar sesuatu, biasanya kita melalui kurir, tidak  melalui telepon.” jelas M. Zazid.

Itulah sedikit catatan saya tentang sepak terjang pencoleng yang kerap mengaku sebagai polisi. Bila suatu saat anda akan dijadikan korban, tak perlu panik atau kebingungan. Cerna segala sesuatunya dengan jernih, lakukan konfirmasi baik terhadap keluarga mau pun kesatuan pelaku. Jangan beri ruang gerak terhadap kejahatan dalam bentuk apa pun. Kendati para pelaku mempunyai 1001 modus operandi, namun, hadapi secara tenang. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun