[caption caption="Begini cara mengisi sumbangannya (foto: bamset)"]
Papayon yang memiliki pengurus heterogen, dalam menjalan tugas mulianya juga tak membedakan tingkat sosial, agama, maupun status pekerjaannya. Bagi yang beragama Islam disiapkan kain kafan, sedang yang beragama Nasrani juga disediakan peti (yang murah tentunya). Jadi, misal terdapat warga tanpa kerabat pun, saat meninggal tak bakal terlantar jenazahnya. Hanya satu catatan penting, yang diurusi Papayon sebatas warga setempat dibuktikan dengan kartu tanda penduduk, KK serta dikuatkan keterangan ketua RT.
Ada satu hal yang menarik bagi saya atas keberadaan Papayon ini, yakni kehadiran warga di rumah duka. Hadir maupun tidaknya warga saat melayat, dibuktikan dengan adanya kartu Papayon yang masuk ke kotak sumbangan. Bila enggan melayat, maka bakal terdeteksi. Begitu pun nominal sumbangan, seseorang menyumbang, secara otomatis akan diketahui namanya. Sebab, masing-masing kartu terdapat nama pemiliknya. Sebaliknya, bila tanpa kartu, orang bisa menyumbang amplop kosong. Inilah istimewanya Papayon.
Aktivitas Papayon, mungkin juga terjadi di tempat-tempat lain di Indonesia. Bagi daerah atau kampung yang belum mempunyai paguyuban seperti ini, nampaknya keberadaan Papayon bisa ditiru dan direalisasikan. Sebab, keberadaannya bagi memang sangat bermanfaat untuk kaum papa. Anda tertarik? Silakan membentuknya, percayalah nantinya bakal sarat manfaat dunia dan akherat. (*)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H