[caption caption="Sego Kucing Pak Sus, pelanggannya kece- kece (foto: bamset)"][/caption]
Pernah dengar istilah Sego Kucing ? Ya benar, Sego Kucing adalah warung makan golongan bawah dan tempat favorit bagi mahasiswa yang uang kirimannya pas- pasan. Di Salatiga, warung yang murah meriah ini banyak tersebar di penjuru kota dengan berbagai bentuknya.
Kendati ada satu dua warung Sego Kucing yang mengalami modifikasi, namun yang paling dominan adalah warung tenda. Di mana, untuk menaruh dagangan menggunakan gerobak kayu, terbuat dari Jati mau pun campuran, selanjutnya untuk kenyamanan pelanggan agar terlindungi, digunakan terpal plastik biru atau oranye. Lokasinya, mayoritas menempati trotoar.
Ciri khas warung makan Sego Kucing adalah harga yang murah, menu yang nyaris semuanya sama dan adanya ceret besar untuk merebus teh serta wedang jahe. Para pedagang yang membuka lapak Sego Kucing, kebanyakan berasal dari Kabupaten Klaten. Meski begitu, belakangan warga Salatiga sendiri ikut- ikutan menekuni bisnis tersebut.
[caption caption="Bentuk asli warung Sego kucing (foto: Bamset)"]
Menu yang disiapkan warung Sego Kucing, biasanya selalu khas, yakni sebungkus nasi porsi kecil (sekitar 6 sendok makan), terdiri tiga jenis nasi bandeng, nasi sayur dan nasi sambel. Jangan membayangkan bandengnya seperti warung makan yang sebenarnya, sebab, lauk itu cuma secuil. Begitu pun sayur, bila diukur tak lebih dari 1/2 sendok makan. Namanya saja porsi kucing, kalau terlalu berlebihan pastinya disebut Sego Menungso.
Dengan harga rata- rata Rp 1.500,00 perbungkus, bagi orang normal, minimal harus menghabiskan dua bungkus Sego Kucing baru perut agak terasa terisi. Sedang untuk menemani sebungkus Sego Kucing, tersedia aneka lauk seperti telur puyuh, jeroan ayam,sate usus ayam, tempe , tahu yang dibacem. Menu gorengan yang selalu tersedia kepala ayam, cakar ayam, martabak mini hingga tahu susur. Seluruh lauk ini harganya berkisar Rp 1.500,00 sampai Rp 3.000,00.
Tak lengkap makan di Sego Kucing tanpa minum, terkait hal tersebut, disediakan wedang jahe, susu jahe, kopi tubruk, teh, wedang jeruk dan tak ketinggalan berbagai kopi sachet siap seduh. Untuk segelas, dipatok harga paling murah Rp 1000,00 (teh hangat) maksimal Rp 2500,00 pergelasnya. Jadi, semisal kita terdesak akibat kelaparan, sementara di kantong hanya tinggal Rp 5.000,00 tidak perlu khawatir. Masuk saja ke Sego Kucing, embat dua bungkus tanpa lauk, ditambah segelas teh, perut yang keroncongan langsung terdiam. Ongkosnya cukup Rp 4.000,00 saja.
[caption caption="Aneka menu Sego Kucing (foto: Bamset)"]
Bisnis Tak Kenal Krisis
Ada sisi menarik atas keberadaan Sego Kucing di Kota Salatiga, di mana, fenomena ini mulai muncul di tahun 1995 an. Mengadopsi warung angkringan Hik Solo mau pun Yogyakarta, awalnya hanya satu dua yang membuka warungnya. Mungkin karena respon masyarakat positif, secara perlahan warung- warung sejenis tumbuh di berbagai sudut kota.
Danang yang mengaku warga Klaten dekat perbatasan Kabupaten Gunung Kidul, DIY mengaku, ia mulai membuka Sego Kucing sejak tahun 1997. Bermodalkan uang tunai Rp 3 juta untuk membeli gerobak kayu sebesar Rp 1.250.000,00 (waktu itu), peralatan gelas, ceret serta tenda, dirinya mendirikan warungnya di trotoar Jalan Diponegoro. “ Untuk nasi dan lauk lainnya, ada yang nyetori. Saya hanya menyiapkan minumannya,” ungkapnya.
Ada service lebih bagi pelanggan yang makan di warung Sego Kucing, yakni aneka lauk bacem sebelum dimakan, biasanya dipanggang dulu di atas perapian angklo. Dari kolaborasi arang kayu, hasil panggangan menimbulkan aroma sensasi yang berbeda. Untuk orang yang perutnya tengah didera lapar, maka nafsu makannya bakal berlipat. Lantas bagaimana dengan tempat duduk ? Anda boleh memilih duduk di bangku kayu atau selonjor di atas tikar yang dipasang di trotoar tentunya.
[caption caption="Ini Warung Sego Kucing yang sudah dimodifikasi (foto: Bamset)"]
Dari berbagai makanan yang disetorkan, Danang mengambil untung Rp 150,00 / bungkus. Demikian untuk lauknya, ia juga hanya mendapatkan keuntungan yang sama. In come paling besar didapat dari minuman, dalam sehari omzet rata- rata yang dikantonginya mencapai Rp 300 ribu- Rp 500 ribu. Keuntungan bersihnya berkisar Rp 100 ribu- Rp 150 ribu ! Menggiurkan bukan ? Padahal dirinya buka pk 17.00, sekitar pk 00.00 biasanya dagangan sudah ludes.
Meski identik dengan warung makan rakyat papan bawah, namun tidak semua warung Sego Kucing hanya dikunjungi golongan marginal. Salah satu warung Sego Kucing di Jalan Senjoyo Kota Salatiga, yakni Sego Kucing Pak Sus, ternyata pelanggannya adalah gadis- gadis muda berbau harum. Bila mendekati pk 18.00 seusai maghrib, terlihat mobil- mobil berderet. Pengemudinya nongkrong di trotoar sembari menyantap sebungkus nasi.
Selidik punya selidik, ternyata Sego Kucing Pak Sus menyediakan menu sego kucing yang berbeda. Di mana, sebungkus nasi yang ia sediakan selalu hangat dan berasal dari beras pilihan. Konsekuensinya, harga perbungkus juga lebih mahal Rp 1.000,00 dibanding warung lainnya. Jadi, semisal mau mengisi perut sembari cuci mata, di sinilah tempatnya. Sebab, banyak mahasiswi atau karyawati muda berwajah kece ikutan nongkrong.
Dari testimoni yang diungkapkan Danang mau pun pedagang lainnya, saya berkesimpulan bahwa warung makan Sego Kucing, selainnya keberadaannya mampu membantu konsumen kalangan bawah, ternyata merupakan bisnis yang tak mengenal krisis. Pada saat badai krisis ekonomi menerpa Republik ini hingga mengakibatkan perusahaan- perusahaan besar gulung tikar, Sego Kucing tetang eksis. Begitulah, rakyat kecil biasanya memang lebih liat serta selalu optimis. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H