Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di Kompasiana, Saya akan Menjaga Pertemanan Selamanya

22 September 2015   04:12 Diperbarui: 22 September 2015   04:18 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi Pertemanan (foto: dok kompas.com)"][/caption]

Sebagai warga baru di Kompasiana, hari- hari belakangan ini saya merasa sangat perihatin. Betapa tidak, ketika saya merasa nyaman di sini, belakangan muncul intrik, friksi dan silang sengkarut yang tiada henti. Kenapa hal itu harus terjadi ?

Dari sekitar 277 artikel yang saya tayangkan sejak tanggal 7 Desember 2015, tak sedikit yang menimbulkan kegerahan di luar Kompasianer. Terlebih lagi, bila bicara korupsi, baik di pusat mau pun daerah, artikel saya kerap menohok pihak- pihak terkait. Kendati begitu, belum pernah sekali pun saya menyerang rekan Kompasianer, melalui tulisan atau sekedar lewat komentar.

Di blog keroyokan yang secara tak sengaja membuat saya jadi getol menulis ini, sejak awal, saya berniat “mewakafkan” diri saya untuk di Kompasiana. Sehingga, saya berupaya menyuguhkan artikel- artikel yang ada manfaatnya. Minimal, mampu memberikan sedikit pencerahan bagi yang membacanya.

Karena sejak awal niat saya melakukan hal- hal yang bersifat positif, tentunya tak bijak bila saya harus bersembunyi di balik akun palsu. Terkait hal itu, yang ada di profil saya, dijamin 100 persen adalah tulen adanya. Segala konsekuensi  atas artikel yang saya buat, akan saya tanggung. Entah apa pun bentuknya, saya cenderung mengabaikannya.

Resiko menulis artikel yang menyerempet bahaya jelas sudah saya perhitungkan, paling tidak, selama bergabung di kompasiana, ada tiga artikel reportase yang nyaris membuat diri saya celaka. Meski begitu, saya tetap keukeuh enggan menghapus artikel yang dianggap bermasalah tersebut hingga saat ini (di kesempatan mendatang akan saya tayangkan).

Mungkin saya bisa berbenturan dengan pihak luar yang merasa dirugikan akibat artikel saya, namun, saya berkomitmen menjaga pertemanan di kompasiana. Saya sangat sadar, tak ada yang bisa dibanggakan dalam hidup saya, kecuali keluarga. Saya juga menyadari, mengumpulkan rekan, sahabat mau pun kerabat di kompasiana bukan pekerjaan yang mudah. Selama 10 bulan saya telah berupaya mengumpulkannya, tentunya hukumnya wajib saya menjaganya.

Hingga pertengahan pekan lalu, saat muncul artikel tentang tiga rekan Kompasianer, masing- masing Pakde Kartono, mbak Vita Sinaga dan mbak Ifani yang bertemu terpidana korupsi Gayus Tambunan di salah satu rumah makan, mendadak timbul kegaduhan di Kompasiana. Ketenangan, kenyamanan dan keramah tamahan yang selama ini terbina, tiba- tiba terbelah. Maklum, semua pihak mempunyai dukungan yang lumayan.

Ada kubu yang menghakimi tiga rekan Kompasianer, ada pula yang mendukungnya  dan terdapat yang mengambil sikap netral alias tak berpihak. Saya cenderung memilih yang terakhir, meski saya mengerti ada kelemahan- kelemahan di balik argumentasi semua kubu. Saya berfikir sederhana, saya harus menjaga pertemanan dengan semua pihak.

Orang sah- sah saja menuding diri saya tidak memiliki sikap yang tegas, namun, sebenarnya saya sudah memilih sikap, yakni tak berpihak. Untuk itu, saya tidak menulis satu artikel pun atas “ontran- ontran” ini . Juga hanya memberikan komentar datar atas artikel yang ditayangkan dua kubu. Jujur saja, saya merasa berduka atas apa yang menimpa diri mbak Vita Sinaga mau pun mbak Ifani. Mereka berada di tempat dan waktu yang salah.

Belakangan mbak Vita yang biasa heboh, mendadak raib dari Kompasiana. Mbak Ifani yang sebelumnya sempat menggebu melakukan pembelaan, terhitung mulai Senin (21/9) ikut lenyap beserta ratusan arsip artikel- artikelnya. Sepertinya, ia telah meninggalkan Kompasiana untuk selamanya( semoga dugaan saya keliru). Sementara itu, Pakde Kartono belum berubah, dirinya tetap memposting tulisan- tulisan kendati isinya merupakan curahan hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun