[caption id="attachment_404829" align="aligncenter" width="430" caption="Bongkahan Batu Akik Yang Belum Dibentuk (Foto: Bbs)"][/caption]
Eforia masal terhadap keberadaan batu akik, hampir 2 tahun ini mampu menyihir orang untuk berspekulasi menekuni bisnis ini. Keuntungan yang menggiurkan, telah menjadi pesona tersendiri. Kendati begitu, ternyata banyak beredar batu akik abal- abal yang tentunya harus sangat diwaspadai.
Saat ini ada jutaan rakyat di Indonesia yang mampu menafkahi keluarganya akibat bomming batu akik. Dari mulai pendulang, pengrajin hingga makelar yang jumlahnya mencapai jutaan terlibat dalam industri batu akik. Kuatnya ekspose media cetak mau pun elektronik, sangat berdampak positifatas perkembangan investasi batu mulia tersebut.
Para “entrepreneur” instan sering terlalu bernafsu dalam memburu batu akik yang sudah dipoles, akibatnya fatal. Tak sekedar duit Rp 1- 2 juta saja yang melayang, namun bisa puluhan juta raib gara- gara tertipu batu akik sintetis yang bagi orang awam sangat sulit membedakannya dengan yang asli.
[caption id="attachment_404831" align="aligncenter" width="524" caption="Akik abal- abal, Bandingkan Dengan Yang Asli Dibawah (Foto:Bbs)"]
[caption id="attachment_404835" align="aligncenter" width="433" caption="Batu Akik Asli, Bandingkan Dengan Yang Abal- Abal (Foto: Bbs)"]
Menelusuri liku- liku bisnis batu akik, ternyata cukup asyik. Kendati begitu, untuk menjadi bagian dari perputaran batu akik tak semudah membalik tangan. Sebelum memulai menenggelamkan duitnya, sebaiknya harus mengerti lebih dulu tentang batu akik. Sebab, bila terburu nafsu, akibatnya fatal. Jangan hanya bermodal terpesona “gurih”nya saja, tapi pelajari lebih dulu secara seksama.
Agus Cahyohadi (45) warga Banjaran, Sidomukti, Kota Salatiga yang biasa disapa dengan sebutan Agus Bagor merupakan pengusaha dadakan batu akik. Ia mampu meraup omzet bersih sekitar Rp 20 juta perbulan dari bisnis batu mulia ini. “ Tapi jangan dilihat sekarang ini, saya memulainya benar- benar dari nol,” ujarnya ketika ditemui di rumahnya, Minggu (22/3) sore.
[caption id="attachment_404837" align="aligncenter" width="592" caption="Agus Baghor"]
Agus Bagor memulainya di tahun 2013 lalu, ia belajar mengenal berbagai batu. Sedikit demi sedikit dirinya mengetahui nama dan jenis batu akik itu. “ Saya jadi tahu batu Kecubung, Agate, Ruby, Tigers Eye, Kristal Topaz , Giok , Bacan dan puluhan nama batu lainnya,” tuturnya.
Untuk mengetahui secara persis berbagai jenis batu, Agus sempat berulangkali tertipu. Pada awal menggeluti bisnis ini, ia sukses mendapatkan puluhan akik dengan nama- nama keren. Namun, saat dibawa ke Jogja untuk uji lab, hasilnya 100 persen merupakan batu sintetis alias abal- abal.
[caption id="attachment_404838" align="aligncenter" width="533" caption="Surat KeteranganTentang Batu Sintetis (Foto: Bbs)"]
Dongkrak Harga
Setelah bisa mengetahui detail soal perbatuan , Agus mulai melakukan perburuan. Beruntung, Salatiga belum tersentuh wabah batu akik (waktu itu). Sehingga, ia berhasil mendapatkan berbagai jenis batu berkualitas dengan harga yang relatif murah. “ Investasi yang saya benamkan di bisnis ini tidak begitu besar,” ungkapnya.
Meski di rumahnya sudah terkumpul ratusan batu akik, namun Agus belum melakukan transasaksi jual beli. Ia sengaja menunggu moment yang tepat untuk “membuang” barang dagangannya. Hingga memasuki tahun 2014, saat yang ditunggu akhirnya tiba juga. Seiring banjirnya pemberitaan soal keberadaan batu akik, mulailah pergerakan bisnis ini menggeliat.
Secara pelan tapi pasti, Agus sudah mulai merasakan nikmatnyabisnis batu akik. Barang dagangannya yang mayoritas memang berkelas, satu demi satu barang dagangannya dilepas. “ Kami sekeluarga benar- benar makan ‘batu’ tiap harinya. Bahkan anak bisa kuliah juga ditopang oleh bisnis akik ini,” ujarnya datar.
[caption id="attachment_404839" align="aligncenter" width="533" caption="Koleksi Akik Abal- Abal Punya Agus (Foto: Bbs)"]
[caption id="attachment_404841" align="aligncenter" width="533" caption="Sebagian Koleksi Akik Asli Milik Agus (Foto: Bbs)"]
Lepasnya barang dagangan Agus, bukan berarti stock di rumahnya menipis. Sebab, saat namanya mulai dikenal oleh kalangan kolektor batu akik, belakangan banyak yang menjual batu akik kepada dirinya. Diakui, tak semua batu yang disodorkan akan ia beli. Dia hanya mau membeli batu berkelas demi mempertahankan reputasinya. “ Dagangan saya paling murah Rp 5 juta perbiji, kalau paling mahal ya dikisaran Rp 50 juta.”
Agar tak menjadi korban tipu- tipu batu akik, Agus membekali diri dengan sebuah alat sederhana bernama Diamond Selector . Alat ini selain praktis, juga efektif untuk menguji tingkat kekerasan batu termasuk menguji keaslian batu. Di mana, hanya dengan menghidupkan alat tersebut dan menyentuhkan ujungnya ke batu, indikator akan langsung menyala memperlihatkan level kekerasan batu.
[caption id="attachment_404842" align="aligncenter" width="577" caption="Deteksi Batu Akik Dengan Level Tinggi (Foto: Bbs)"]
Menurut Agus, dengan makin berkibarnya bisnis batu akik, belakangan banyak kalangan penipu yang memanfaatkannya. Mereka membeli akik olahan (sintetis) dan menjualnya dengan harga tinggi. Sasarannya, para pemula yang awam terhadap batu akik. “ Untuk antisipasinya ya pake Diamond Selector ini,” ungkapnya sembari menambahkan bahwa koleksi batu sintetisnya hanya dipakai untuk pembanding bagi calon peminat yang datang kerumahnya.
Dalam mendongkrak harga, lanjut Agus, ia memiliki kiat tersendiri. Berbagai batu akik miliknya yang memang berkualitas, dibawanya ke Mulia Avian Noor Gems Lab Jogja untuk mendapatkan sertipikat pengujian. Hasilnya ? Batu yang harga belinya berkisar Rp 2- Rp 5 juta perbuah, mampu dijual dengan harga minimal Rp 10 juta ! Wow !Cerdas juga bapak empat anak ini.
Deteksi Dini
Perihal aksi tipu- tipu batu akik, Agus yang mengaku merasa sangat keperihatin .Terkait hal tersebut, ia membagi tips- tipsnya bagi para pemula dalam mendeteksi batu- batu yang asli. “ Di mata orang awam, batu asli dengan batu jenangan (sintetis) pasti susah membedakannya,” tutur Agus yang mengakui pernah tersesat di jalan yang terang cukup lama ini.
Agar tak menjadi korban penipuan, jelas Agus, yang harus dilakukan untuk deteksi dini guna mengetahui keaslian batu yakni dengan menempelkan batu ke kulit (pipi), jika terasa dingin, berarti batu asli. Bila masih ragu, batu bisa dibakar, kalau ada tanda hangus atau berubah warna, maka dipastikan bukan batu tulen. “ Batu yang asli bersifat dingin. Bila dipanaskan, akan cepat dingin. Tetapi kalau batu abal- abal, akan menyimpan panas cukup lama,” imbuhnya.
[caption id="attachment_404851" align="aligncenter" width="630" caption="Batu Akik Mata Kucing, Harganya Rp 15 Juta ! (Foto:Bbs)"]
Masih erat kaitannya dengan perbatuan, ada tips terakhir yang dibagikannya. Yaitu dengan cara menerawang atau menyinarinya. Bila batu asli, maka akan nampak serat batu seperti retakan. Sedang batu abal- abal, terlihat mulus tanpa serat. Kendati begitu, Agus tetap menyarankan agar orang yang tertarik menggeluti bisnis batu akik, harus membekali diri menggunakan Diamond Selector.
Sebelum mengakhiri perbincangan yang cukup panjang, Agus mengakui fenomena batu akik mampu merubah hidupnya. Selain rumahnya telah direnovasi, di halaman juga terparkir mobil sedan Toyota Camry. “ Alhamdulillah, sepi- sepinya, Rp 20 juta bersih setiap bulannya bisa dapat,” kata Agus tanpa bermaksud jumawa. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H