[caption id="attachment_387004" align="aligncenter" width="491" caption="Foto terakhir alm Najib dan keluarganya (Foto: dok keluarga)"][/caption]
Satu bulan sudah Fatkhun Nadjib AS (50), off-roader nasional menghembuskan nyawanya di ruas Tol Cipularang, Jawa Barat. Kendati begitu, pengusutan perkara tabrak lari ini semakin tak jelas juntrungnya.
Sebagaimana diketahui, hari Sabtu (29/11) Fathkun Nadjib yang berniat menolong korban kecelakaan malah meninggal setelah mejadi korban tabrak lari di Tol Cipularang KM 97 pada pukul 01.00 WIB. Tepatnya Nadjib ditabrak penabrak lari tersebut saat hendak menolong sopir yang terjepit body mobil yang mengalami kecelakaan di ruas tol tersebut.
Cukup banyak rekan- rekan sekolah almarhum di kota Salatiga, Jawa tengah yang sangat menunggu hasil penyelidikan perkara tersebut. Mayoritas dari mereka, sangat menyayangkan kinerja aparat Kepolisian setempat. Sebab, di saat era teknologi yang sudah sedemikian maju, ternyata satu bulan usai kejadian jejak penabrak almarhum belum juga terendus.
Padahal, dalam perhitungan logika awam, jeda satu hari setelah kejadian tersebut sangat bisa dipastikan pelaku telah menghapus seluruh bekas tabrak lari. Selain mengkondisikan penumpang mobilnya, pelaku juga akan mengganti spion yang patah serta memulihkan cat body yang terkelupas. Dengan begitu, sempurnalah dirinya dalam mengaburkan jejak.
Saya sendiri mengenal almarhum Najib (biasa disapa begitu) sekitar tahun 80 an,meski tak satu sekolah, namun keberadaannya lumayan familier di mata saya. Ia merupakan putra sulung dari almarhum KH Ali As’ad, seorang ulama di kota Salatiga yang punya pengaruh cukup besar. Kendati begitu, penampilannya jauh dari kesan santri.
Hidup di lingkungan pondok pesantren (ayahnya memiliki pondok pesantren), tak membuat Najib kuper (kurang pergaulan). Ia berbaur dengan siapa pun tanpa memandang strata sosialnya. Kesan bahwa dirinya anak seorang Kyai, sama sekali tak melekat di penampilannya. Berbadan kurus, rambut selalu gondrong dipadu dengan celana jeans adalah ciri khasnya.
Tanpa bermaksud melebih- lebihkan, Najib sedari muda memang ringan tangan dalam membantu sesama. Di mata rekan- rekannya, ia terhitung bukan type oarng yang pelit. “ Ketika makan bersama di warung makan, Najib selalu lebih dulu membayar,” kata Daryoko (52) rekannya di Salatiga.
Begitu pun ketika Najib sudah merantau ke Jakarta sekitar tahun 1984 lalu, jiwa penolongnya tak pernah sirna ditelan kehidupan ibu kota. Kegilaannya terhadap mobil jeep, akhirnya menghantarkan dirinya menjadi off-roader nasional sekaligus pemilik bengkel khusus jeep. Menikahi Heryatmi Mugi Rahayu yang merupakan rekannya saat SMP serta SMA, ia typical suami dan bapak yang baik.
Sering saat mengikuti acara luar kota, anak istrinya diajak. Begitu pun ketika terjadi insiden tabrak lari, ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam dekapan anak dan istri yang sangat mencintainya. Sepertinya, Tuhan dalam menjemput nyawa umatnya menggunakan ilmu bambu. Bambu yang lurus ditebang lebih dulu, sementara yang bengkok- bengkok dibiarkan mati sendiri.
Selamat jalan saudaraku, suatu saat kami semua akan menyusulmu kealam sana. Percayalah, di dunia ini hukum alam masih berlaku. Siapa pun yang merenggut paksa nyawamu dan lari dari tanggung jawab, nantinya akan menuai benih yang ditanamnya. Mungkin dosa itu masih bisa diputihkan misal pelaku mau menyerahkan dirinya ke pihak yang berwajib. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H