(1)
ketika yang datang adalah beberapa bulir air mata
mengabarkan kembali tentang sesaknya keterpisahan,
maka duniaku kembali dalam remang kamar sunyi
kalender termangu
meja tertunduk lesu
bahkan kursi ini enggan menerima pantatku
kenapa?
kenapa harus aku yang terluka jemparing arjuna
kenapa musti hati ini yang terbanting duka
seharusnya dia..!! dia yang telah menitipkan rindu padamu
lewat cemas mentari senja
bukan aku..!!
beruang kutub yang selalu kalah
mengejar layang-layang bengkah
Aku(dalam narasi temanku) adalah :
Beruang bertopi baja dengan ketapel bertali hijau muda katanya : biar kelihatan gagah bahwa aku pegang senjata. Beruang yang selalu tak mau kalah, meski perang telah memulangkan berpulluh liter darah. Ia akan gagah perkasa dan penuh suka cita mengambil tempat paling depan hanya untuk menyarangkan peluru batu tepat di kepala musuhnya. Beruang yang superyakin akan kemampuan berperangnya, -aku sudah berulang kali khatam ‘the art of war nya Sun Tzu’ katanya- bahkan puluhan judul Khoo Ping Ho telah dilalap habis sebagai refensi jurus andalan.
-Aku akan berperang sampai mati demi Sang Putri Impian-
Aku (dalam kenyataan) :
1. Beruang pintar yang terjebak dalam arus cinta yang berputar,
2. Beruang gendut yang takkan rela melihat pujaan hatinya dihantui kemelut
3. Beruang pongah yang terlalu pingsan untuk sadar bahwa cinta nya hanyalah mimpi pudar.
4. Beruang (yang sebenernya baik hati) yang tak segan2 menusukkan ujung ketapelnya hanya demi mendengar Sang Putri aman terkendali
(2)
Sajak Beruang :
dengan butir-butir rindu yang dingin merambat
aku akan menyejukkanmu dalam waktu yang akan kupaksa melambat
tangismu akan kujaga
agar tak lagi menghias serenai senja
ku tunggu selalu untai senyuman
dalam kelumit jumpa yang terbayangkan
(oleh : beruang kalah)