MesakkeBangsaku adalah tur stand up comedy Pandji Pragiwaksono yang ketiga setelah tur Habis Terang Terbitlah Tawa dan Merdeka dalam Bercanda. Dan kemarin, tanggal 7 September, Pandji datang ke Bandung, dalam rangka rangkaian turnya yang diadakan di GSG Itenas Bandung. Jujur saja, saya belum pernah menonton stand up comedy live sebelumnya. Makanya, saya ngajak teman saya untuk menemani saya, membelikan tiket untuk saya, dan bawain barang saya! Muehehe. Singkat cerita, dia sudah membelikan tiket (nitip doang, tentu saja saya yang bayar), dan hari itu pun tiba. Open gate baru dilakukan pukul 17.30, padahal rencananya mah pukul 17.00. Biasa, orang Indonesia. Bahkan, antrian pun sudah mengular sampai Pantura. Uoh. Sesekali, si headliner, Pandji melongok ke luar memperhatikan antrian yang ada. Selain itu, ada juga Gian dan Chandra, alumnus SUCI 3. Mereka ikut mensupport Pandji dengan hadir di acaranya. Ternyata mereka lebih gendut dari yang saya nonton di TV. Show pun secara resmi dimulai pukul 19.00 lewat sedikit. Dibuka dengan video sambutan dari Alison, alumnus SUCI 3 yang lainnya, gemuruh tepuk tangan pun menandai dimulainya show stand up comedy Mesakke Bangsaku ini. Hola!
Sang host pun membuka acara dengan apik, dengan joke-jokenya yang rancak. Lalu sang #secretcomic yang terpilih pun naik panggung, namanya Fandi Bakri. Mukanya mirip Topenk, dalam versi yang lebih sengak. Sangat mengejutkan, dia mampu membuka show dengan sangat ciamik. Dengan personanya yang seperti orang lugu (tidak jauh seperti Fico), bit-bit yang dia keluarkan emang kampret banget. Beberapa diantaranya yang menjadi favorit saya adalah peluru Pindad, dan model rambut peci SBY.
Dan sang headliner kita malam itu, Pandji naik stage dan berhasil menunjukkan bahwa dia adalah salah satu comic terbaik Indonesia saat ini. Dia membombardir penonton selama hampir 2 jam, dengan materi yang ‘berat’. Sesuai dengan judul tournya kali ini. Apakah yang berat itu susah dicerna? Oh tidak. Itulah cerdasnya Pandji, dia bisa menyulap materi keIndonesiaan-nya itu menjadi materi yang ringan dan jenaka. Tak lupa dia juga menyelipkan materi tentang keluarganya, plus materi plus-plus, seperti tobron(t*ket berontak, t*ket yang keluar-keluar dari baju, red).  Materi yang sebenarnya kurang saya suka, karena menurut saya bisa merusak citra dari stand up comedy itu sendiri, yang selalu cerdas dan mencerdaskan pendengarnya. Malam minggu yang sangat manis (Halah) ini pun harus diakhiri jam 10 malam dengan standing ovation dari seluruh penonton untuk Pandji dan dua comic lainnya. Sebuah pertunjukan yang luar biasa pastinya. Walau tak bisa dipungkiri, hal yang paling menarik perhatian saya adalah si Fandi Bakri, comic penuh kejutan asli Bandung ini. Mungkin, bisa menjadi gambaran bagi penggemar stand up comedy di kota masing-masing untuk memberi perhatian lebih pada comic-comic lokalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H