Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengin Dirikan Warung Kelontong, 'Dapetnya' Panjat Tebing dan Wisata Sejarah

12 Januari 2014   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389490285414079108

[caption id="attachment_305521" align="aligncenter" width="614" caption="Bukit kapur yang digempur WAgino. Ft Bewe"][/caption]

Bukit kapur seluas 5000 m2 digempur. Awalnya, lokasi tersebut oleh pemiliknya dirancang untuk mendirikan warung kelontong. Separo gempuran, fisik bukit berubah bentuk. Pikiran pun berbelok, dari mendirikan warung ke melestarikan sejarah.

Lelaki itu berpenampilan sederhana. Saat menerima kedatangan saya, diabercelana kolor, kaos lengan pendek tanpa krag. Kami duduk di bawah tenda terpal. Maklum, dia lagi bongkar total rumah satu-satunya peningglan orang tuanya. Di bangku kecil telah tersedia dua gelas kopi hitam.

Wagino, demikian dia memperkenalkan diri. Sehari-hari bekerja sebagai petani. Bulan Juni tahun 2013, dia berfikir untuk mendirikan usaha di tepi jalan raya. Keinginan yang wajar, kerena rumah tinggal yang saat saya datang lagi dibongkar, letaknya agak di pedalaman. Persisnya di Pedukuhan Pengkol Kidul, RT 01/02, Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul.

Dari jalan raya lintas Nglipar-Nhawen sekitar 2 Km. Kemuannya tidak berlebihan, karena Wagino hanya ingin mebuka warung kelontong. Lalu, tanah warisan orang tua sekitar 5000 m2 berupa bukit kapur, terletak persis di tepi jalan raya dia gempur habis-habisan.

Nafas Wagino hampir putus, pekerjaan tak juga kelar.Empat orang tetanga, Suktoto, Rewang Pranyoto, Bejo, Parman dan Yono menawawarkan diri membantu Wagino. Kesepakatan pun di-amini. Lima orang tetangga membentuk kelompok, Wagino selaku pemilik bukit tidak perlu angkat martil dan linggis.

Selama 6 bulan lebih, bukit batu kapuryang terletak di Dusun Pengkol RT 01 RW 02, Desa Pengkol, kecamatan Nglipar, Gunungkidul, di tepian jalan lintas Nglpar-Ngawen, diamuk (ditambang) oleh lima kelompok. Hasil bongkaran bukit dijual sebagai bahan pondasi rumah dan urug jalan. Satu rit, dijual Rp 130.000,00. Pembagiannya, pekerja Rp 115.000,00, Wagino selaku pemilik Rp 15.000,00.

Kaki bukit yang semula mepet jalan aspal, saat ini mundur selebar 20 m dari as jalan, panjang kurang lebih 70 m. Bukit tersebut dibongkar tegak lurus, ketinggian 20 m. Untuk sampai ke puncak masih kurang lebih 5 m lagi. Bentuk bukit itu kini berubah, dari gundukan batu, menjadi tebing batu kapur.

Wagino berubah pikiran. Dalam benaknya tergambar, lokasi tesebutbisa dimanfaatkan untuk keperluan panjat tebing. Tetapi karena di dusun Pengkol ada tokoh sejarah Ki Ageng Damarjati, yang juga disebut sebagai Sunan Tremboyo, Wagino juga bermimpi bisa membuat relief atu ornamen tokoh tersebut untuk keperluan wisata sejarah. Mimpi Wagino sedang didiskusikan dengan para pihak, termasuk Kepala Desa, Camat dan Bupati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun