Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghijaukan Gunungkidul dengan Air

24 November 2015   13:56 Diperbarui: 24 November 2015   14:12 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Oyo, sungai di permukaan tanah satu-satunya terbesar di Gunungkidul. Dok Bewe"][/caption]

Suharno, Ketua DPRD Gunungkidul mengatakan, untuk 5 tahun ke depan Gunungkidul harus berubah menjadi surga bagi warga Handayani, termasuk warga daerah lain. Secara teknis, setiap tahun, mulai dari 2016, air dipompa ke permukaan. Nilai per tahun mencapai sekitar Rp 3,5 milyar.

Hal itu dia kemukakan usai talkshow di TVRI Stasiun Yogyakarta pukul 16.00, Senin 23/11/2015 kemarin. Menurut dia, tiba saatnya Gunungkidul mengoptimalkan kekayaan alam berupa air bawah tanah untuk  kemakmuran 7.00.000 jiwa lebih.

"Filosofinya sederhana saja. Gunungkidul itu dikaruniai 4 unsur alam yang luar biasa sempurna. Bumi, geni, banyu, angin merupakan empat anasir alam yang patut dikelola sebaik-baiknya guna kesejahteraan bersama," tandasnya.

Bumi, menurut Suharno luasnya mencapai 46% dari wilayah DIY. Geni atau matahari bersinar sepanjang tahun.  Banyu, ada di sungai permukaan, di alur bawah tanah, juga ada di laut sepanjang 70 Km. Angin, menurut dia, itu elemen pengawal  berkah yang menyebabkan terjadinya hujan.

"Mohon dukungan dari segenap lapisan masyarakat, tahun 2016 Pemda
bersama DPRD menganggarkan Rp 3,5 milyar untuk menata ukang kecukupan air di Gunungkidul," pintanya.

Suharno menunjuk contoh, potensi debit sumber di Bribin adalah 2.000 liter per detik. "Sementara, sampai hari ini baru dimanfaatkan 80 liter per detik," paparnya.

Dia juga memperhitungkan  intensitas hujan. Gunungkidul  memiliki curah hujan  1.382 mm. Ini tak boleh  anggap sepele.  Sungai oyo harus dibendung jangan sampai hanya bablas  ke laut.

"Dengan begitu, laut tetap berwarna biru, langit biru, bumi juga berwana biru, karena air terkelola dengan baik dan tepat sasaran. Lima tahun ke depan Gunungkidul bakal berubah menjadi ijo royo-royo ibarat pengantin anyar," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun