Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Jokowi Nekad Jadi 'Jongos'

17 Februari 2016   10:50 Diperbarui: 17 Februari 2016   11:23 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jokowi pernah digambarkan sebagai koki, foto rekayasa itu memenuhi hal surat kabar Australia, November 2014. Foto AFP/William Wes"][/caption]Presiden Republik Indonesia itu bukan sekedar sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Ada yang lebih hakiki dan filosofis, yaitu sebagai 'jongos negara'. Ini pelecehhan? Bukan, karena secara tersurat dan tersirat Jokowi Presiden RI ke 7 mengakuinya begitu.

Tekad dia, menghadirkan negara di tengah masyarakat dalam koridor melindungi segenap bangsa, memberikan rasa aman, mengembalikan jati diri bangsa sebagai negara maritim. Ini konstitutif banget. Kemudian Jokowi berusaha menterjemahkan secara realistik.

Pasalnya Jokowi tahu, kalau amanat dalam preambul UUD 1945, hingga presiden turun 6, tidak atau belum memuaskan kemauan rakyat selaku penikmat kuliner hanpoleksosbud (pertahanan, politik ekonomi, sosial, dan budaya).

Di tengah restorasi super jumbo NKRI, Jokowi menempatkan diri hadir sebagai 'jongos negara' beruniform hitam-putih dengan label kabinet kerja.

Tak pandang bulu, bahwa dulu memilih dia apa tidak, yang penting untuk melayani rakyat disediakan olehnya tigapuluh lebih  sub-menu.

Sebut itu ada Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Bina Keluarga Harapan (BKH). Indonesia Terang (IT) untuk warga Indonesia di wilayah NTT dan Papua, dan masih seabreg menu kesejahteraan lainnya.

Begitu pula rasa aman, bumbunya dia racik dalam oplosan pertahanan berlabel Tri Matra Terpadu (TMT). Apes, jokowi kebobolan di siang bolong, karena dua polisi tewas dihajar teroris di gardu jaga pertengahan Januari 2016 silam.

Menyusul tragedi lima nyawa GTT melayang sia-sia dalam demo menuntut diangkat jadi PNS. Dan tak kalah seru aksi ribuan buruh yang dipaksa hengkang karena Thosiba gulung tikar. Kemudian yang  terhangat drama Kali Jodoh, atau cari jodoh di kali.

Dalam serentetan kasus ini negara berada di mana, Jokowi selaku komadan jongos  cukup bilang tak ada gading yang tak retak. simpel kan?

Maunya Jokowi, menu yang dia siapkan terjaji melalui piring struktural, mulai dari Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Kades, Dukuh, bahkan RT dan RW. Terang benderang, tujuh Gubernur yang barusan dilantik, diperintahkan blusukan.

Perkaranya, penjabaran di tingkat teknis masih amat sangat terseok-seok. Dalam kondisi tersedak dan batuk-batuk, menyusul Gerindra mengkritisi, bahwa Jokowi sebagai Komandan Jongos tidak punya  kepemimpinan sekarakter pelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun