Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Unik, Hanya Ada di Patuk, Gunungkidul

30 Juni 2014   04:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:14 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404050351669761477

[caption id="attachment_331335" align="aligncenter" width="590" caption="Jembantan Gantung menuju Kampung Unik. Dok Bewe"][/caption]

Kampung ini unik. Sangat unik. Luas wilayahnya cuma 5000 meter persegi, tetapi ditempat-tinggali oleh 96 KK, 370 jiwa. Berdasarkan laporan per Agustus 2013, rincian penduduk: 178 L, 192 P. Perkembangan 2014 belum terlaporkan. Itulah Kampung Nusantara, yang terletak di kawasan Jelok, desa Beji, kecamatan Patuk, Gunungkidul.

Edi Sutrisno, Kepala Desa Beji dua periode, yang tanggal 30 Juni, Senin 2013 habis masa jabatannya, mengungkapkan hal itu, di rumahnya, perihal keunikan desa wisata yang didirikan tahun 2012 silam.

“Kampung Nusantara itu nama sebuah destinasi (objek wisata) Mas. Jangkauan dari ibukota Kecamatan Patuk 6 km. Tetapi kalau dari Wonosari kota, sekitar 17 km,” kata Edi Sutrisno, Minggu siang, 29/6/2014.

Untuk mencapai kampung unik, demikian Edi Sutrisno menambahkan, wisatawan harus uji nyali. Mereka menyeberang sungai Oya melalui jembatan gantung sepanjang 98 m. Jembatan tersebut selebar 1,70 m, disangga tiang cor, dicincangkawat seling.

Awalnya, ini penjelasan Sunardi (40) dukuh setempat, Kampung Nusantara (KN) didesain utnuk pembelajaran warga dalam mengapresiasi lingkungan. Di kawasan KU, warga belajar membuat pesemaian, berdiskusi soal ilmu pertanian ala kadarnya.

“Subandi, Sukriyanto, Harjono oleh masyarakat dipercaya sebagai ketua, sekretaris dan bendahara Pokdarwis KN,” ungkap Sunardi.

Mengikuti perkembangan pariwisata, masyarakat Jelok berubah pikiran. Ini tidak lepas dari dorongan Aminudin Aziz mahasiswa UNY yang KKN di Jelok tahun 2008.

“Kami bertiga, bersama rekan-rekan Karang Taruna didorong untuk mengemangkan KN, sebagai kawasan wisata yang unik,” kata Subandi (38), Ketua Pokdarwis.

Sebagaimana terlihat seperti sekarang, demikian Subandi alias Teblah menjelaskan, KN ini memiliki 1 aula, 2 buah rumah panggung dan 7Gazebo.

Tak sebatas itu, KN punya sebuah getek (rakit) terbuka, berukuran 4 x 6 meter. Disediakan untuk pengujungyang ingin makan malam di atas air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun