Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi 'Meriang' UNP Tak Dibeli

29 Februari 2016   10:39 Diperbarui: 5 April 2016   16:41 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="UN dilaksanakan 3 kali, ilustrassi kemendikbud"][/caption] Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertekad mencerdaskan kehidupan bangsa. Dia mempercayai Mendikdud Anies Baswedan untuk melakukan terobosan agar amanat preambul UUD 1945 itu terealisasi.

 Tidak tanggung-tanggung cucu pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan ini pun langsung bertidak. Tahun 2016 dia meluncurkan program Ujian Nasional Perbaikan (UNP). Untuk kali pertama, secara nasional serentak dijajal  22 Februari hingga 2 Maret 2016.

 UNP, yang digagas Mendikbud diperuntukkan bagi siswa lulusan SMA/MA/SMAK/SMTK/SMK/MAK dan Program Paket C tahun pelajaran 2014/2015 yang nilai UN-nya sama dengan 55,0.

 Mengikuti UNP  bukan wajib tetapi menjadi seperti keharusan bagi lulusan yang ingin melanjutkan kuliah dan/atau masuk TNI-Polri.

 Program UNP ini berbasis komputer, oleh sebab itu, calon peserta harus melakukan pendaftaran mandiri secara online.

 Gagasan mendikbud cukup berlian, untuk mengangkat kualitas inteletual lulusan SLA. Tetapi respon masyarakat, khususnya kalangan siswa alumus 2014/2015 rendah, untuk tak menilai sangat buruk.

 Di Kabupaten Gunungkidul misalnya, seperti diakui Kepala Bidang pendidikan Menengah Disdikpora setempat, Sukito, yang mendaftar di SMA 1 Wonosari   23, peserta UNP 11 siswa, 1 peserta asli Gunungkidul.

 Yang mengerikan, terjadi di SMK Negri 5 Yogyakarta. Awalnya, sebagaimana dilansir KRjogja.com ada 42 pendaftar untuk UNP bahasa Indonesia. Pada hari pelaksanaan hanya ada 3 peserta.

 Di belahan lain UNP  SMA I Tanjung Selor hanya diikuti 12 siswa, Kasi Kurikulum Disdik Bulungan, Kaltim Heny Purwaningsih seperti diwartakan Koran Kaltim mengatakan, tidak tahu apa sebabnya minat  peserta UNP demikian rendah.

 Ada tiga kemungkinan terkait rendahnya peserta UNP. Siswa lulusan 2014/2015 mengaggap nilai 55 tidak perlu diperbaiki. Mereka merasa cukup, karena toh meski melakukan perbaikan, hasilnya dipastikan tidak akan menolong mereka dalam meraih lapangan kerja.

 Kemungkinan kedua, ini yang agak rumit. Sudah dafatar tetapi mundur, bisa jadi mereka tidak siap 100% menghadapi UNP. Atau, meski gratis, mereka gamang regristrasi untuk meneruskan karena berbagai macam alasan. Satu di antaranya, mereka sudah menempati job di ladang perburuan lapangan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun