[caption id="attachment_300160" align="aligncenter" width="96" caption="Ilustrsi: Abu-anas, Ft. Antara"][/caption]
Si cerdik Abunawas tidak pernah kehabisan akal. Dia ditantang sekelomok orang. Bukan diajak bertarung, melainkan diuji keberaniannya. “Hai Abunawas, ente berani gak mantatin wajah Baginda Raja?” kata salah satu orang dari kelompok itu.“Maksud loo?” Abunawas kagak mudeng. “Besok ada pertemuan agung di istna. Kalau ente emang jago, pantatin tuh wajah Baginda Raja. Kalau Raja kagak marah, aku bayar kamu dengan seratus keping emas.” Tanpa pikir panjang Abunawas ngejawab. “Oke, sapa takut.”
Keesokan harinya, Abunawas berangkat ke Istana. Kelompok dan pemimpin yang nantang Abuawas, mengantar sampai alun-alun,menunggu di depan bangsal kraton, tempat pertemuan itu berlangsung. Raja dan penggawa komplit. Mereka duduk pada kursi yang telah disediakan. Masih satu kursi tersisa, itu memang disediakan untuk Abunawas.
Si Banyak akal ini tidak mau duduk di kursi. Dia bersila di lantai. Baginda Raja menegur, “Abunawas, kenapa kamu tidak duduk di kursi?” Dengan menghaturkan sembah, Abunawas menjawab singkat. “Terimakasih Tuan,” dia berdirimembelakangi Raja, membungkuk sambil menunjukkan pantatnya, “patik sudah membawa tikar yang hamba jahit di celana hamba Tuan.”
“Ha ha ha Wakakakakakakakakakakakakaakkkkk.........”, Sang Raja ketawa ngakak demi mendengar alasan Abunawas. Sekelompok orang yang tadi nantang Abunawas menyaksikan peristiwa itu pun nimbrung ngekek, nyaris gak bisa berhenti. Dan mereka kehilangan emas seratus keping untuk Abunawas.
Itu cerita lama, terjadi ratusan tahun silam di Istana Bagdad. Di Indonesia, ada cerita serupa tapi tak sama. Bukan terjadi di dalam sebuah pertemuan, rapat atau sidang. TKP-nya di langit Cikeas, alias di Puri kediaman Presiden Republik Indonesia SBY.
Dan tentu saja, tamu SBY itu bukan Abunawas. Dia seorang pria yang ‘handsome’. Panggilan akrabnya ABU-ANAS. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini memiliki kecerdikan nyaris sebanding dengan Abunawas, gara-gara setiap hari minum Kratingdaeng.
Abu-anas tidak mentargetkan SBY tertawa sebagaimana Baginda Raja yang di Istana Bagdat. Dia menasehati SBY, agar di tahun 2014, tidak ‘nyapres’, melainkan cukup ‘nyawapres’. Nasehat Abu-anas ini tak urung membuat telinga petinggi Partai Demokrat panas dan merah. Bahkan seorang pengamat politik mengatakan usulan Abu-anas ini adalah sarkasme politik.
Mau sarkasme, alegori, apa anekdot, Kratingdaeng memang hebat. Setidaknya membuat orang seperti Abu-anas lihai menohok SBY. Bayangin, seorang jendral yang defacto dejure adalah Presiden menjadi tertegun. SBY dibuat tidak berkutik. SBY kehilangan nyali untuk melawan Abu-anas.
Dan nyali SBY itulah yang sebenarnya sedang ditakar Abu-anas. Luar biasa. Baru sekali terjadi, dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, seorang presiden, secara politis disandra hingga mati kutu oleh mantan anak politiknya.
Abu-anas memang bukan Abunawas. Setelah sukses ‘memenjarakan’ SBY di langit Cikeas, apa kiranya dia juga pintar ‘menggunting’ KPK? Itu tergantung: seberapa banyak dia punya stok Kratingdaeng. He he he.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H