Dia  memilih mimpi mengumpulkan kerak cahaya
Mendewakan kecantikan, meninggalkan keabadian
Aku pantang menampar kata pada ibu yang melahirkan
Tapi bagaimana dengan perempuan ini
Dia berjalan dengan kepalannya Â
Kereta halusinasi  memutar pundi-pundi tak terbilang
Perempuan ini merebut angan memanjat kegelisahan
Isyarat dia tertipu cermin kebahagiaan semu
Bagaimana perempuan ini
Dia merasa memiliki padahal tak mencintai
Sujudlah seperti awan menjadi mendung
Jatuh mengalir ke tempayan bernama laut
Sepiring nasi sudah diukur
Kenyang perut sudah ditimbang
Roro Sudarmi makin menggila
Di mulut goa kelelawar belum menyapa
Putat, 5 Sept 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H