Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenangan 30 September 1965

30 September 2017   03:26 Diperbarui: 30 September 2017   03:34 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi itu pukul 08.30 WIB, pohon asem jawa sepanjang Jalur Yogya -- Wonosari, yang saya ketahui (Putat -- Sambipitu, Desa Bunder Kecamatan Patuk) penuh panflet. Sebagian besar tulisan tangan dengan tinta merah berbunyi "Dukung Gerakan 30 September".

Saya bersama Sunardi, teman sebaya membantu  Budi Santoso (tokoh PNI) serta Darmo Supanto (Nahdatul Ulama) mengumpulkan ratusan panflet kemudian menyerahkannya ke pihak militer (Kodim 0730 Gunungkididul, melalui Koramil Patuk).

Organisari PKI mulai dari PR (Pemuda Rakyat), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Barisan Tani Indonesia (BTI) Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) siaga penuh.

Rencana berikutnya, berdasarkan dokumen yang ditemukan pihak militer tokoh PNI, NU, Gerindo, termasuk keluarganya akan segera dihabisi. Lubang buaya mini telah disiapkan dalam bentuk sumur dan WC yang dibuat sebulan sebelumya, Agustus 1965.

Boimin, dari Komando Rayon MilITER Patuk, mendapat perintah menciduk sejumlah dedengkot PKI Kecamatan. Satu per satu mereka diangkut dengan Jeep dikawal tentara bersenjata lengkap.

Dua orang yang saya masih ingat betul, baik nama dan wajahnya adalah HS, serta WG. Dua orang ini lenyap hingga kini tak dikenal di mana kuburnya. Terbetik kabar mereka dibuang ke Luweng Grubuk, Kecamatan Semanu, Gunungkidul.

Selamatlah Budi Santoso, Darmo Supanto juga keluarganya. Ini sepotong kenangan yang saya ingat hingga sekarang.

Saya yakin banyak diantara Anda juga menyimpan memori serupa, khusus perilaku PKI di area Kabupaten. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun