Sukardi, SH, Mantan KajariYogyakarta acap berkelakar bahwa bangsa Indonesia belum merdeka. Mustaid Jalilguru juga ulama, pada hari raya Idul Qurban Senin dinihari, 12/9/2016, menulisrenungan pendek.
“Pada setiap acara resmi maupun santai saya sering mengatakan,bangsa Indonesia itu sesungguhnya belum merdeka,” ujar pensiunan jaksa ini ditanah kelahirannya, Nglipar, Gunungkidul.
Sukardi bilang, statemen yang diaceploskan itu bukan asal-asalan, juga bukan ngawur. Dia punya alasan kuat.
Dia minta mencermati bunyi alineadua pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Dan perjuangan pergerakan Indonesia telahsampai kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyatIndonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
“Hingga kapanpun kita tetap hanyaberdiri di depan pintu gerbang kemerdekaan. Kita belum masuk ke dalamrumah kemerdekaan,” kelakar Sukardi politis sekaligus filosofis.
Tak heran jika Emha Ainun Nadjipmemberi julukan, Sukardi sebagai Kajari paling gila se Indonesia. Lelucon politiknyamenggelitik, cederung urakan mirip orang yang tidak waras.
Beda sedikit dengan pensiunanguru. Mustaid Jalil, tokoh yang pernah menjago wakil bupati gunungkidul inimempertanyakan kemerdekaan dari sisi substansi Qurban.
“Refleksi Idul qurban mayoritas baru dimaknai sebatas memberi kepada yang papa. Begitusederhanakah, sehingga pemaknaan tersebut menjadi sedemikian dangkal?” ulas Mustaid di rumah Ledoksari, Kepek, di sela kumandang takbir.
Jika demikian, kata dia, semua ajakan / motivasi yang dilandasi oleh pemberian materi apakah itu sebuah keberhasilan?
Dia menagajakbermenung, para ulama / wali / pejuang masalalu mampu memotivasi rakyat / umat sehingga mereka bergerak untuk mengantar kepintu gerbang kemerdekaan NKRI itu bukan karena materi.
Para pendahulu,lanjut Mustaid, mampu menyadarkan umat dan rakyat untuk "qurban / memberi"bukan meminta sehingga mereka sadar serta butuh untuk beragama dan butuh untuk merdeka.