Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ihwal Rumah Gepeng Menteri Sosial Khofifah Umbar Omong Kosong

4 April 2016   06:26 Diperbarui: 4 April 2016   09:12 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Recana rumah ini diperuntukkan bagi para gelandangan dan pengemis kawasan DIY, Lokasi di desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Hingga sekarang bagunan ini mangkak, kosong tak berpenghuni. Foto Bewe"][/caption] Tahun 2015 kififah mengklaim telah memberikan pelayanan terhadap 2.000 anak jalanan gelandangan dan pengemis di enam rumah perlindungan sosial anak (RPSA).

Kofifah menyebutkan hal itu dilakukan di Jawa Timur (Pasuruhan dan Malang) Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta serta Sumatra Barat (Padang) dalam forum ILC 29/3/2016.

Tanpa mengesampingkan daerah yang memang mencapai keberhasilan, ada potret sangat buruk terjadi di DI Yogyakarta.

RPSA yang dibangun dengan dana milyaran yang berlokasi di padukuhan Doga, desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, DIY, kosong tak berpenghuni.

Bangunan berukuran 9 X 6 meter berjumlah 50 unit, bediri di atas tanah SG. Luas area plus minus 5 Ha, hingga April 2016 tak terawat. Bahkan, bagunan yang ada di teras bawah sewaktu-waktu bisa ambrol karena tidak ada talud penyangga teras.

Mentri Kofifah, awal November 2015 memang datang ke lokasi RPSA di Nglanggeran, dengan kepentingan meresmikan bangunan tersebut. Terhadap pemukiman gepeng, kala itu Mensos memberi nama 'Desaku Menanti'.

Sesuai namanya perkampungan gepeng yang dibangga-banggakan Mentri Kofifah, masih tetap menanti, kapan bangunan tersebut ditempat-tinggali.

Informasi yang disajikan Senen, selaku Kepala Desa setempat, jalan masuk ke pemukiman belum diperkeras atau diperbaiki. "Selain itu, sarana air bersih serta listrik juga belum terpasang," parar Kepala Desa, Senin 4/4/2016.

Pada acara ILC, tayang 29 Maret 2016 silam Mentri Kofifah pamer memfasilitasi 2.000 gepeng dengan RPSA. Terkait dengan kasus DIY, omong besar itu patut dipertanyakan. Para gepeng yang dibilang dapat fasilitas RPSA, posisinya di mana saat ini juga tidak jelas.

[caption caption="Mensos Kofifah, saat meresmikan RPSA Desaku Menanti di DIY. Foto Bewe"]

[/caption] Mudilestari, seorang pengamat sosial dan politik berpendapat, bawa BPK sebaiknya menelusuri proyek pembangunan Desaku Menanti. Alasannya, Pemkab Gunungkidul, berdasarkan pengakuan Kadinsosnakertran, tidak dilibatkan. "Bangunan yang diresmikan Mentri Kofifah Noveber silam, termasuk proyek misterius yang gagal," ulasnya ketus.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun