Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilgub DKI, Pintu Utama Menuju Istana

14 Februari 2016   16:36 Diperbarui: 14 Februari 2016   16:45 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Jokowi melangkah pasti, pasti melangkah. Foto Sindo"][/caption]

Urbanisasi, awalnya merupakan istilah yang berkaitan dengan mobilitas penduduk karena tuntutan kerja. Warga desa berbondong menuju kota dengan alasan kuno, untuk keperluan mencari nafkah.

Itu dulu, semasa Republik ini dalam genggaman rezim Orde Baru. Sekarang, berbarengan dengan rezim Reformasi, ada pergeseran cukup mencolok.
Urbanisasi tidak hanya dilakukan warga desa yang gak punya  mata pencaharian, tetapi juga dilakukan orang kota yang gak punya jabatan kenegaraan.

Sejumlah orang berduit seperti artis misalnya, ada kecenderungan melakukan urbanisasi dari panggung hiburan ke gedung DPR di Senayan. Atau bahkan, juga ke kantor Bupati serta Gubernur.

Ada kemiripan dengan urbanisasi dalam pengertian awal. Bermodal nekad, yang penting harus berpindah. Soal ketrampilan itu nomor bontot. Mikirnya sambil jalan. Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 mendatang tak luput dari nuansa urbanisasi. Basuki Tjahaya Purnama yang lebih akrab dipanggil Ahok, rupanya seperti menerima hukum karma.

Tahun 2012, dia meluncur dari Belitung ke Jakarta, dan berhasil mendampingi Joko Widodo  atau Jokowi sebagai wakil Gubernur DKI. Ketika Jokowi pindah ke kantor Kepresidenan dia naik tingkat, duduk di kursi Gubernur, meski prosesnya cukup diwarnai pro kontra.

Tahun 2017, Ahok berencana mengulang sukses. Tak ringan nampaknya, karena banyak urbanist yang menghadang perjalanan dia. Lalu banyak spekulan politik yang mencoba meraba-raba adanya benang merah dengan tangan Jokowi di Istana Negara. Perjalanan Ahok dari wakil Gubernur DKI menjadi Gubernur tidak lepas dari bayang-bayang tangan Jokowi. Dianalogikan dengan itu, perang di 2017, bakal ada kemiripan.

Patut diingat, Jokowi yang sekarang Presiden ke 7 RI adalah tokoh urban yang gemilang di  jagat politik. Dia meragkak dari Solo ke DKI, terakhir parkir di Istana Merdeka.

Kesimpulan saya,  Pilgub DKI saat ini sampai ke babak baru. Tidak sama seperti Pilgub di daerah lain. Pemenang Pilgub DKI setapak lagi menginjak tangga  menuju Istana.

He, opo iyo? Itu urbanisasi yang berlebihan. Saya rasa tidak. Jokowi cukup sebagai bukti. Salam urbanisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun