Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Gerah, Karena Sentimen Bersemi

10 Februari 2016   15:17 Diperbarui: 10 Februari 2016   15:38 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="SBY merasa dianggap sepi? foto net"][/caption]Tidak banyak diketahui publik, ternyata Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) rajin mengkritik penerusnya Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Tak banyak diketahui pula tiba-tiba SBY merasa gerah bahkan cemberut karena kritiknya ditampik.

Seprti dilansir liputan6.com, SBY mengatakan, ada pihak dari lingkaran Istana yang tidak suka dengan sikapnya yang mengkritik pemerintahan Jokowi-JK. Bahkan, Ketua Umum Partai Demokrat itu mengaku ada pihak yang menekannya.

"Ada elemen di lingkar kekuasaan yang tidak nyaman, bahkan mengirim pesan kepada saya. Saya pikir ini negara demokrasi. Tentu siapa pun termasuk saya, punya hak untuk berbicara," ujar SBY.

Tak meleset, yang disebut orang di lingkar istana adalah Teten Masduki sebagai kepala staf kepresidenan. Seperti diketahui, Teten adalah kader PDIP yang gagal merebut kursi Gubernur Jawa Barat meski dia menggandeng Rieke Diah Pitaloka.

Semasa SBY berkuasa Teten dinilai vokal banget. SBY melihat,  ketika Teten tidak berada di kekuasaan, kritisnya luar biasa. Menyerang, menghajar. Tetapi  begitu berada di lingkar kekuasaan, kurang suka dikritik.

Teten terpancing rupanya, dari dalam tembok Istana dia membalas.  "Kami terbuka dengan kritik. Tiap hari kami juga dikritik, faktanya seperti itu. Tidak ada pemerintah menolak kritik. Itu kan masukan, jadi siapapun bisa ajukan kritik terhadap pemerintah," kutip l.putan6.com

Lantaran dituding menekan, bantahanya makin keras. Dia menepis adanya tekanan yang ditujukan kepada SBY. Malah balik bertanya, cara seperti apa yang bisa dipakai untuk menekan SBY. "Enggak ada," ucapnya.

Ungkapan rasa SBY adalah manusiwi. Yang perlu ada catatan, tudingan dan bantahan itu tidak terlepas dari sejarah kelam hubungan Demokrat dengan PDIP. Ada luka dan borok di antara kedua parpol tersebut yang sulit disembuhkan.

Sudahlah, SBY dengan Demokratnya seharusnya lebih arif. Sentimen politik perlu dihentikan. Mau kritik ya kritik saja. Terus, kalau perlu gak pakai berhenti. Didengar itu tujuannya, dicuekin gak masalah. Pesan Gus DUR, gitu aja kok repot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun