Menyimak diskusi tokoh kelas profesor di ILC TV One, acap bikin perut terkocok. Susah berhenti tertawa. Mentertawakan orang lain, termasuk mentertawakan diri sendiri. Partai politik,dibilang gak ada yang bener. Semua ‘brengsek’. Saya bukan profesor. Tetapisaya tidak mau kalah. Yang melahirkan politisin itu rakyat. Selaku induk, rakyat di negeri ini jauh lebih brengsek ketimbang parapolitisi. Angka golput pada pemilu 2014 waspada 1.
Saya akan bercerita mulai dari hari Ahad Wage 9/2/2014. Hari pencoblosanada di Rabu Pon, 9 April 2014. Artinya: pemilu 2014, tinggal 60 hari lagi dilaksanakan, sepanjang tidak terjadi ‘bencana’. Dalam hitungan sedekat itu, masyarakat masih ‘gamang’. Ikut memilih atau sebaliknya adalah ‘blunder’, karena tingkah aktor politik, tidak menunjukkan jati diri ‘orang timur’, tetapi malah mempertontonkan tabiat bangsa ‘bar-bar’. Ada dugaan pemilu 2014 angka golput bakal meledak.
Merunut partisipasi masyarakat di dalam pemilu nasional: 1999 (92%), pemilu 2004 (84%) dan pemilu 2009 (71%). Menurunnya angka partisipasi itu dijadikan sebagai tantangan dalam mewujudkan sukses pemilu 2014.
Itu sebabnya pada pemilu 2014, direkrut relawan demokrasi (relasi) dan disebar di seluruh kabupaten / kota di Indonsesia. Tujuannya untuk meningkatkan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilih, meski banyak pihak menyangsikan efektivitas peran relasi, karena iklim politik di Indonesian tidak mendukung.
Partaipolitik sulit untuk mengaku bersih dari korupsi. Hampirseluruh kadernya melakukan itu, dengan jumlah yang berbeda. Motif korupsi, karena alasan pribadi, bisa pula karena alasan kelembagaankarena parpol butuh dana besar.
Dan ketika ada paparanrangking parpolkorup, serentak, petinggi parpol kebakaran jenggot. Mata rakyat, selama ini dianggap tidak tahu. Jangka tahun 2014-2019 kiranya rakyat masih akan terus dibodohi dan dibutakan.
Usulan negara tanpa partai adalah hampir mustahil, karena Indonesia terlanjur menganut trias politika, kekuasaan berada di setitiga emas: eksekutif, yudikatif dan legeslatif.
Itu sih ok. Tetapi idealnya, partai politik cukup berada di legeslatif dan eksekutif. Indonesia tidak. Negara ini kemudian menjadi sangat gaduh. Tersebar aroma busuk, sebab partai politik juga berada di ranah yudikatif. Dan pelaku korupsi, merata di segitiga itu.
Tindak Pidna Korupsi (tipikor) berdasarkan jabatan, dalam kurun waktu 2004 hingga Juni 2012 versi KPK, sebagaimana dilansir Kompas 1 Oktober 2012, ditabulasikan dari deskripsi Muchtar Effendi Harahab, tergambar sangat memprihatikan.
Tabel 1
No
Asal Koruptor
Jumlah
Keterangan
1
Pejabat Eselon I, II dan III
98
Orang
2
Swasta